Jadikan Masjid Sebagai Simbol Pemersatu

AGAM, METRO – Bupati Agam, Dr. H. Indra Catri melakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Nagari Padang Laweh, Kecamatan Sungai Pua, Jumat (21/6). Masjid itu, dibangun atas partisipasi perantau sebagai donatur, yang ingin mendirikan rumah ibadah di kampung halaman. Sedangkan lahan diwakafkan oleh ninik mamak tiga suku.
Peletakan batu pertama pembangunan masjid yang memperlihatkan hubungan perantau dengan masyarakat di kampung tidak pernah terputus, juga dihadiri Ketua LKAAM Agam, Y. A. Dt Maleka Nan Tinggi, anggota DPRD Agam, perantau Padang Laweh, Camat Sungai Pua, Syafrizal, ninik mamak dan lainnya.
Pada kesempatan itu, Indra Catri mengapresiasi pembangunan masjid yang bias dibangun berkat adanya peran para perantau kepada kampungnya. Hubungan yang erat antara perantau dan masyarakat, sehingga pembangunan masjid dapat terlaksana.
“Masjid dibangun bia gadang asa lai sudah, bia sudah asa lai rancak, bia rancak asa lai barasiah (biarlah besar asalkan selesai, biarlah selesai asalkan bagus dan bersih),” ujar Indra Catri.
Dikatakan Indra Catri, setelah selesai pembangunan nantinya, ia mengharapkan masjid ini terus ramai. Ia telah sepakat dengan perantau dan ninik mamak sebelum pergantian tahun masjid sudah bisa diresmikan, paling lambat awal tahun depan. Pembangunan masjid di desain dengan bagus.
“Di samping artistik yang cantik, diharapkan masjid dibangun sebagai simbolik bagi persatuan kaum ataupun perantau dengan masyarakat di kampung dan lainnya. Untuk itu, meski sudah ada pemborong yang akan bekerja, libatkan juga masyarakat agar kebersamaan kita dalam membangun, tetap terjaga,”ungkap Indra Catri.
Perantau Nagari Padang Laweh, Sjafril Ruslim Angku Sumaniak selaku donatur mengucapkan terima kasih kepada Bupati Agam yang telah bersedia lakukan peletakan batu pertama pembangunan masjid.
“Niat untuk membangun masjid tidak terlepas dari dukungan wali nagari dan ninik mamak yang mewakafkan tanah. Masjid setelah selesai dibangun akan diwakafkan kepada nagari. Komitmen kita dengan pemborong paling lambat enam bulan siap,” jelasnya.
Lahan pembangunan ini diwakafkan oleh kaum ninik mamak tiga suku yaitu, Dt Pangulu Basa suku panyalaian, Dt Indomo suku koto dan Dt Panjang Nan Kuniang suku sikumbang. Awalnya di lokasi itu terdapat bangunan surau.
“Namun, pewakaf tanah sepakat kalau surau itu dirobohkan dan dibangun masjid di lahan tersebut,” ulasnya.
Masjid dibangun berukuran 18 meter x 18 meter, yang nanti dilengkapi dengan tempat berwuduk. Untuk kelengkapan lainnya seperti karpet sajadah, soundsystem dan mimbar diharapkan pemerintah bersedia melengkapi.
“Masjid dibangun tidak hanya sebagai tempat shalat lima waktu, tapi juga jadi sarana pelatihan dan kegiatan keagamaan lain,” ujarnya mengakhiri. (pry)

Exit mobile version