LIMAPULUH KOTA, METRO–Banyak pihak menaruh harapan besar kepada Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, untuk terus melanjutkan Festival Maek mengukap misteri peradaban Maek. Dan menjadikan Maek sebagai tempat wisata minat khusus bagi para arkeolog Dunia.
Wali Nagari Maek, Efrizal Hendri Dt. Patih, ketika menjawab wartawan saat konferensi pers dalam kegiatan pasca Festival Maek di Agam Jua, mengakui bahwa festival Maek yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, sangat menarik dan mengagumkan. Tidak hanya menjadi Maek sebagai tempat wisata minat khusus, tetapi juga mengedukasi anak muda terkait sejarah megalitik.
“Kami atas nama masyarakat Nagari Maek, tidak bisa berkata banyak selain ucapan terimakasih kepada Bapak Supardi, Dinas Kebudayaan Sumbar, yang sudah mengangkatkan kembali terkait pengungkapan sejarah peradaban Maek setelah 40 tahun tidak pernah dilakukan lagi, kita berharap Pemkab Lima Puluh Kota terus melanjutkan Festival Maek ini kedepan,” harap Wali Nagari.
Hendrizal Hendri Dt. Patih juga menyebut dengan adanya Festival Maek, juga membuat perekonomian masyarakat setempat dan UMKM, menggeliat. Dan tentu akan membuat wisatawan minat khusus dari berbagai negara dan ilmuan arkelogi akan tertarik untuk datang dan berkunjung ke-Nagari Maek. “Harapan kita dibangun museum megalitik di Nagari Maek,” harapnya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan Sumbar, Yayan Wahyudi, mengakui sudah berkoordinasi dan mendorong Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota untuk menjadikan kawasan cagar budaya menhir Maek diusulkan ketingkat provinsi, nasional bahkan dunia. “Kita mendorong pemkab Lima Puluh Kota untuk diusulkan menjadi kawasan cagar budaya,” sebutnya.
Sementara itu Ketua DPRD Sumbar, Supardi, menyampaikan bahwa sebelum dilakukan Festival Maek, berbagai kegiatan pra festival dilakukan, seminar, diskusi dan FGD untuk mengungkap misteri peradaban Maek yang konon sudah ada sejak 4000 tahun sebelum Masehi.
“Berbagai kegiatan sudah dilakukan di Kota Payakumbuh, berawal dari diskusi yang cukup panjang di Agamjua Art Center, cerita Maek. Maka ada potensi wisata khusus di Lima Puluh Kota tentang Maek. Ada beberapa kali diskusi di Rumah Dinas Ketua DPRD di Padang, menghadirkan tokoh-tokoh Maek dan ahli sejarah dari akademisi,” ungkap Supardi.
Disampaikan Supardi, saat festival para arkeologi dunia hadir, seperti dari Mesir, Jerman, dan beberapa negara lainnya.
“Mereka malah tidak menyangka ada peristiwa besar seperti Maek ini. Maka tentu tabir misteri Maek ini harus diungkap. Maka kita supor Pemerintah Lima Puluh Kota kedepan. Jangan hanya sampai disini saja,” harap Supardi. (uus)