Nomor Tertutup Beregu, wartawan senior Sumbar ini tidak turun. Terbuka Perseorangan, Jayusdi Effendi sampai ke 16 besar. Tertutup Perseorangan, Jayusdi Effendi menembus 8 besar.
Pada nomor Tertutup Beregu, Jayusdi Effendi dan Edi Jarot tampil sebagai juara grup, sehingga menembus 16 besar. Dibabak gugur ini, Sumbar berturut-turut berhasil mengatasi lawan-lawannya.
Sumbar menembus semifinal setelah mengalahkan pasangan asal Jatim. Setelah masuk semifinal, sudah dapat dipastikan medali perunggu berada dalam genggaman.
“Minimal bisa diganti jadi perak ya Jenderal, Pak Jef,” kata Firdaus Abie.
Jenderal adalah sapaan akrab insan pers di Sumbar kepada Edi Jarot. Pak Jef merupakaan sapaan sehari-hari dari Firdaus Abie kepada Jayusdi Effendi.
Ketika keduanya mengalahkan pasangan tuan rumah di semifinal, dengan angka telak, 9-1, justru Ketua PWI Sumbar Widya Navies, Ketua Kontingen Sawir Pribadi dan Ketua SIWO Syaiful Husein yang mengajukan permintaan kepada keduanya.
“Perak sudah ditangan, tapi kami ingin diubah jadi emas,” kata ketiganya senada.
Permintaan itu berarti, Jayusdi Effendi dan Edi Jarot harus menang.
Ketika pertandingan dimulai, pasangan Sumbar langsung melejit, meninggalkan pemain Sultra. Mulanya unggul 1-0, kemudian 4-1, 7-2. Sultra mengajukan istirahat. Setelah itu Sultra menyusul. 7-3. Sumbar menambah, 8-3, lalu dikejar Sultra, 8-4. Tersisa sekali adukan kartu lagi. Sangat genting dan menentukan bagi kedua tim. Sumbar mendekati kemenangan, tapi kans Sultra belum pupus. Satu adukan kartu bisa menghasilkan angka maksimal, 4, asalkan masuk dengan balak dari depan dan belakang. Jika bisa dilakukan pasangan Sultra, maka harus diselesaikan dengan sekali adukan kartu lagi. Jika tidak, berapa pun angka, selain poin maksimal 4 untuk Sultra, maka dipastikan Sumbar sebagai pemenang dan meraih emas.
Disaat partai yang menegangkan tersebut, Edi Jarot mengadu kartu. Nilai batunya lebih besar daripada lawan di atas tangannya. Game ini dimenangkan pasangan Sultra. Mereka dapat tiga poin sekaligus. Tapi poin tersebut tidak melebihi angka Edi Jarot dan Jayusdi Effendi. Sumbar menang 8-7. Sumbar berhak atas medali emas.
Mengulang Sukses 28 Tahun Silam
Capaian emas yang diraih Edi Jarot/Jayusdi Effendi tersebut, sekaligus menjadi emas semata wayang kontingen PWI Sumbar di Porwanas.
Dalam sejarah keikutsertaan Sumbar di Porwanas, kontingen ini selalu kesulitan membawa medali emas pulang ke Ranah Minang.
Dalam catatan sejarah keikutsertaan Sumbar di Porwanas, medali emas terakhir yang pernah diraih, terjadi pada tahun 1996.
Saat Porwanas ke enam di Bandung, Jawa Barat, ketika itu, Sumbar meraih medali emas dalam cabang bulutangkis beregu putra. Ketika itu, Sumbar diperkuat Basril Basyar, Ruswan Bujang, Alamsyah Halim dan Syafrizal Yasin (alm). Selepas itu, tak ada lagi medali emas yang dibawa pulang.
Setelah itu, di tujuh kali Porwanas berikutnya, Sumbar tak pernah membawa medali emas pulang ke Sumbar. Padahal sudah berbagai langkah, sudah banyak persiapan dilakukan.
Kala Porwanas terakhir, di Malang, Jawa Timur, tahun 2022, Sumbar membawa dua medali perak dari cabang biliar. Keduanya dipersembahkan Yuwardi.
Penantian panjang itu pun berbuah setelah 28 tahun kemudian. Benar-benar rentang waktu yang panjang. Butuh delapan kali Porwanas setelahnya. (Firdaus Abie)