Meneladani Profil Pelajar Pancasila dalam Kehidupan Bung Hatta

Fauzi Abrar, S.H.I, S.Pd

Oleh: Fauzi Abrar, S.H.I, S.Pd.I (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SDN 01 Campago Ipuh Bukittinggi)

Selain Tujuh Belas Agustus, diperingati sebagai hari kemerdekaan Indonesia. Bulan Agustus juga diperingati sebagai bulan kelahiran Bung Hatta. Pada bulan ini tanggal 12 Agustus 1902 tokoh prok­lamator Indonesia yang bernama Muhammad Hatta dilahirkan di kota Bukittinggi Sumatera Barat. kemudian beliau lebih dikenal dengan nama Bung Hatta.  Peristiwa kelahiran Bung Hatta dan kemerdekaan Indonesia diperingati se­tiap tahun dalam rangka mengingat bagaimana ke­rasnya perjuangan para pahlawan untuk menda­patkan kemerdekaan serta meningkatkan kecintaan kepada para pejuang bangsa dan kemerdekaan Indonesia itu sendiri.

Bung Hatta adalah so­sok yang sangat luar biasa, yang patut diteladani da­lam berbagai kehidupan, dalam sejarah kehidupan Bung Hatta nyaris tidak ditemukan kekurangan dan kelemahan, banyak kisah kisah inspiratif dan pemikiran pemikiran dalam me­wujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam mendapatkan hak serta makmur dalam men­dapatkan kesejahteraan.

Dalam Kurikulum Merdeka yang diterapkan pada pendidikan Indonesia saat ini, ada dimensi Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan ciri karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik yang didasarkan pada nilai nilai luhur Pancasila.  Dilihat dari perjalanan hidup Bung Hatta, beliau memiliki karakter dan kompetensi yang terdapat dalam Profil Pelajar Pancasila. Tulisan ini akan mengulas Profil Pelajar Pancasila dalam Karakter dan kompetensi Bung Hatta

  1. 1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), dan berakhlak mulia. Sejak kecil Bung Hatta sudah taat melaksanakan agama, beliau belajar di surau dengan ulama terkenal Minangkabau yaitu Sjech M Djamil Djambek, Bung Hatta datang ke surau untuk belajar bersama teman teman sebayanya, surau inyiak Jambek itu berada di Tangah Sawah yang tidak jauh dari rumah Bung Hatta. Di Surau selain belajar mengaji, Bung Hatta juga belajar tentang agama. Belajar agama sejak kecil itu sangat mempe­ngaruhi tindakan dan pe­rilaku Bung Hatta. Pendidikan Agama Bung Hatta tidak hanya didapat dari pendidikan surau semata tetapi juga dari keluarga beliau yang tegas bahkan tidak segan segan memberi hukuman kepada bung Hatta.

Bung Hatta pernah dihukum neneknya karena melanggar kesepakatan waktu bermain. Hukuman itu diberikan berupa berdiri di sebuah lingkaran dan tidak diizinkan keluar dari lingkaran sampai waktu yang ditentukan. Hukuman itu dilaksanakan Bung Hatta dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

  1. Berkebinekaan Global. Menurut Bung Hatta pendidikan tidak hanya mencerdaskan individu semata, lebih dari itu adalah menumbuhkan kecintaan kepada tanah air. Kecintaan Bung Hatta terhadap tanah air tidak perlu diragukan. Hal itu sudah terlihat sejak beliau masih ke­cil sewaktu masih di Bukittinggi. Beliau sering melihat kekerasan tentara Belanda kepada masyarakat pribumi yang hendak masuk ke kota kelahirannya. Pemandangan yang selalu beli­au saksikan sejak kecil itu­lah yang menumbuhkan cin­­ta beliau terhadap tanah air.
  2. Bergotong Royong. Jiwa kepedulian Bung Hatta tidak lahir secara instan, tidak juga tumbuh karena dipelajari. Jiwa kepedulian itu telah terbentuk sejak beliau kecil melalui karakter yang dicontohkan oleh kakek beliau. Fakta lain menunjukkan bahwa sosok Bung Hatta tidak hanya dikenal sebagai tokoh Proklamator dan Wakil Pre­­siden pertama Indonesia, beliau juga dikenal sebagai bapak Koperasi Indonesia.
  3. Mandiri. Selesai se­kolah dasar di Bukittinggi, Bung Hatta melanjutkan sekolah ke kota Padang, Disana Bung Hatta menjadi remaja yang tumbuh mandiri dalam menentukan kegiatan sehari hari. Beliau mengatur waktu dalam bermain bola setiap sore. Awal kemandirian ini menjadi cikal bakal Bung Hatta mengenal masyara­kat luas dan organisasi organisasi kemasyarakatan. Organisasi kesebelasan adalah organisasi pertama beliau, kemudian beliau ditunjuk sebagai bendahara.
  4. 5. Bernalar Kritis. Bung Hatta adalah simbol perjuangan, sosok inspiratif, manusia merdeka yang sederhana serta memiliki dedikasi yang tak tergo­yahkan dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Beliau sangat berperan dalam menyusun dasar dasar negara. Beliau tidak hanya melawan penjajahan fisik tetapi juga melawan fikiran fikiran yang akan menghambat perjuangan. Peran Bung Hatta tidak hanya terbatas dalam merintis kemerdekaan dan penyusunan UUD RI 1945, namun beliau juga aktif membangun pengaruh pada wujud dan isi Indonesia Pemikiran Bung Hatta di bidang “ke­adilan dan kemakmuran” Bung Hatta mengingatkan bahwa manusia tidak pernah hidup sendiri, sejak masa lalu telah didapat hidup berkampung serta memiliki pertalian dan si­kap saling memerlukan. inilah yang menyebabkan manusia mencapai kemakmuran selalu bergantung pada lingkungan dan ma­syarakat. Bung Hatta juga dikenal sebagai sosok yang jujur dan memiliki integritas tinggi. Bung hatta selalu menjunjung tinggi prinsip prinsip kejujuran dan keadilan.
  5. Kreatif. Bung Hatta memiliki kegemaran membaca dan menulis. Hal ini dapat dilihat dari tulisan beliau berupa artikel dan buku. Artikel yang beliau tulis bertebaran jumlahnya sedangkan jumlah buku yang beliau tulis tidak ku­rang 42 judul. Saat dipenjara pun Bung Hatta tetap menulis. artikel artikel Bung Hatta masih menjadi rujukan sampai saat ini, buku buku yang ditulis beliau sangatlah bermutu yang sampai saat ini masih relevan dirujuk. hal ini menginformasikan kepada kita bahwa Bung Hatta adalah sosok yang mem­punyai pemikiran yang tajam dan pemikiran itu telah menginspirasi banyak orang.

Sampai saat ini tulisan tulisan Bung Hatta masih menjadi rujukan dan bahan referensi, diantaranya adalah gerakan ekonomi kerakyatan, kebangsaan dan politik. Kebiasaan Bung Hatta dalam menulis dan menghasilkan karya bermutu membuat beliau menjadikan buku yang ditulisnya sebagai mas kawin ketika menikah. (***)

Exit mobile version