PADANGPARIAMAN, METRO – Bupati Padangpariaman H Ali Mukhni menyatakan pemkab telah mengusulkan penggantian nama Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
“Saya telah kirim surat permintaan penggantian nama bandara tersebut. Saya telah teken surat usulan pergantian nama BIM dengan nomor surat 553/246/Dishub/V/2018,” kata Bupati Padangpariaman H Ali Mukhni, kemarin.
Katanya, usulan penggantian nama BIM tersebut disebabkan besarnya dorongan dari berbagai unsur masyarakat Sumbar yang menginginkan nama BIM menggunakan nama ulama besar Sumbar, Syeikh Burhanudin.
“Melihat banyaknya usulan dari tokoh masyarakat untuk mengganti nama BIM, maka Pemkab Padangpariaman menindak lanjuti dengan menyurati pemerintah pusat,” ujarnya.
Dikatakan, surat permintaan penggantian nama BIM dan dipilihnya nama Syeikh Burhanudin sudah sangat tepat.
“Karena Syech Burhanudin dinilai memiliki jasa yang sangat besar membawa dan mengembangkan agama islam di Minangkabau,” ujarnya.
Selain itu lokasi BIM yang terletak di Nagari Ketaping, Kabupaten Padangpariaman yang notabene merupakan daerah pertama pengembangan agama islam di Sumbar juga menjadi pertimbangannya.
“Saya menilai penamaan bandara lebih baik menggunakan nama pahlawan atau nama tokoh seperti yang yang lazim digunakan di berbagai daerah dan negara di dunia. Memang nama bandara itu seharusnya menggunakan nama tokoh atau nama pahlawan, seperti nama-nama bandara yang ada di Indonesia ini atau di luar negeri”, ujarnya.
Apalagi katanya, Syeikh Burhanuddin adalah ulama yang berpengaruh di Minangkabau sekaligus ulama yang menyebarkan islam di kerajaan Pagaruyung. Selain itu ia terkenal sebagai pahlawan pergerakan islam melawan penjajahan VOC. Ia juga dikenal sebagai ulama sufi pengamal (Mursyid) Tarekat Syatariah di Minangkabau.
Atas jasa dan perjuangan menyebarkan Islam di Sumatera Barat, hingga saat ini makam Syeikh Burhanuddin mendapat perhatian besar dari para peziarah, terutama oleh para jama’ah Tarekat Shatariyah.
“Peziarah tidak hanya datang dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri. Menurut tradisi setempat, ziarah tersebut disebut Basapa atau “bersafar serempak bersama puluhan ribu orang”, karena dilakukan setiap hari Rabu, tanggal 10 Shafar,” tandasnya mengakhiri. (efa)