Pulau Cingkuak, pulau kecil yang menyimpan sejuta pesona keindahan alam: pasir putih kekuningan yang sangat lembut dengan airnya yang sangat jernih dan biru menghampar. Pulau Cingkuak berada di kawasan Pantai Carocok, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan.
Lokasinya berdekatan dengan Pantai Carocok. Dari Kota Padang menuju Pantai Carocok kita harus menempuh perjalanan sejauh 77 Km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Setelah sampai di Pantai Carocok, wisatawan harus menyeberang dengan perahu wisata yang banyak bersandar di dermaga menunggu penumpang yang hendak ke Pulau Cingkuak.
Ongkos untuk antar jemputnya ialah Rp 20.000. Sesampainya di Pulau Cingkuak, kita akan disuguhkan dengan pantai berpasir putih serta air yang jernih, di tepian pantainya banyak provider yang menawarkan permainan water sport dengan harga terjangkau yakni mulai dari Rp20.000 hingga Rp150.000 tergantung dari jenis permainannya.
Pilihan lainnya untuk menikmati pulau ini ialah berkelana mengelilingi pulau karena ada sesuatu yang menarik di pulau ini yaitu benteng peninggalan zaman kolonial dan sejumlah makam. Dari bibir pantai menuju benteng terdapat jalan setapak dengan batu kali yang dibuat untuk mempermudah pengunjung.
Pada pintu benteng terdapat papan dengan tulisan Situs Benteng Portugis Pulau Cingkuak yang dipasang oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Meski bernama Situs Benteng Portugis, ternyata benteng ini sebenarnya merupakan peninggalan VOC. Penamaan Situs Benteng Portugis hanya mengikuti sebutan yang sudah melekat pada masyarakat.
Dari beberapa literature sejarah yang saya baca tentang benteng ini dikatakan bahwa Keberadaan benteng di Pulau Cingkuak kala itu dijadikan sebagai benteng pertahanan oleh VOC mengingat di pulau ini juga didirikan kantor perwakilan VOC sehingga saat itu Pulau Cingkuak mengalami masa kejayaanya sebagai pelabuhan kapal internasional yang sangat ramai. Seratus tahun kemudian, serangan dadakan dari pasukan Inggris telah menghancurkan ketangguhan benteng pertahanan di Cingkuak.
Selain benteng, di Pulau Cingkuak juga terdapat nisan berpagar di dalamnya yang ditulis dengan bahasa Perancis. Tulisan itu menyebutkan, nisan dibuat oleh keturunan Madame Van Kempen pada Agustus 1911.Madame Van Kempen, sesuai tulisan di nisan itu, adalah istri Thomas Van Kempen yang dituliskan sebagai Residen Poeloe Tjinko (Pulau Cingkuak).
Di Pulau Cingkuak terdapat sisa benteng peninggalan kolonial yang sebagian kecil masih dapat ditengok keberadaannya. Nama pulau Cingkuak muncul dalam dua versi asal-usul. Cingkuak bisa berarti kera hitam dalam bahasa masyarakat setempat, atau versi lain, merujuk sosok Laksamana Ceng Ho yang konon mendarat di Pesisir Selatan pada abad ke-15.
Masih banyak sumir sejarah Pulau Cingkuak. Pun melihat pada pintu benteng yang terdapat papan bertulis “Situs Benteng Portugis Pulau Cingkuak” yang dipasang Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar.
Sebab, benteng Pulau Cingkuak merupakan benteng peninggalan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), perusahaan kongsi dagang Hindia Belanda yang dibangun pada tahun 1600an. Konon, penamaan Benteng Portugis hanya menyelaraskan dengan kelaziman penyebutan masyarakat setempat.
Di sisi Barat Pulau Cingkuak terdapat sisa dinding dan pintu masuk benteng yang terbuat dari batu bata dan andesit hitam. Panjangnya 27 meter dan tinggi 2,5 meter. Tak jauh dari keberadaan dinding benteng, terdapat bekas pintu masuk setinggi tiga meter yang dibuat melengkung pada bagian atasnya. Bagian ini merupakan satu sudut benteng yang masih cukup utuh dapat ditemui.
Di sisi Selatan, terdapat monumen berpagar besi yang telah mengarat. Batu marmer putih, sudah retak, mirip nisan yang di dalamnya terukir tulisan dengan bahasa Prancis berangka tahun 1911. Ukiran menyebut perempuan bernama Madame van Kempen. Dalam penelusuran berbeda, Madame Van Kempen diperkirakan nama yang diambil dari istri Thomas Van Kempen, seorang Residen yang pernah ditugaskan di pulau yang dalam penamaan kolonial disebut Poeloe Tjinko tersebut.
Sejarawan Minang yang juga peneliti dari IAIN Imam Bonjol Padang, Yulizal Yunus, menyebut bahwa pulau Cingkuak lah yang memiliki peranan penting zaman kolonial. Di pantai pulau Cingkuak, masih dapat ditemukan bekas hanggar dan sisa-sisa struktur dermaga tua yang dibangun pada pertengahan abad ke-17.
Pulau Cingkuak, katanya, merupakan terminal tempat ramainya distribusi emas yang dikeruk dari tanah Sumatra. Dalam catatan sejarah, Pessel memiliki lokasi tambang Emas tertua di Pulau Sumatra. “Emas diangkut dari pertambangan emas di Salido,” ujarnya.
Salido merupakan sebuah daerah perbukitan dan gunung di Pessel, 25 kilometer dari pusat kota. Lokasi tambang emas masih dapat terlacak di areal tambang Gunung Harun, 18 jam pendakian dari Salido. Berkat jalur distribusi emas itu pula, kata Yulizal, VOC kemudian membangun benteng pertahanan dan sebuah loji di pulau Cingkuak pada 1660. (**)
Komentar