PADANG, METRO
Untuk keselamatan sesama rekan prajurit TNI Angkatan Laut, personel Pangkalan Utama TNI AL Lantamal II Padang yang menganut Agama Islam atau Muslim melaksanakan doa bersama untuk prajurit dari KRI Nanggala 402, di Masjid Al Jariyah Markas Komando (Mako) Lantamal II. Doa bersama yang berjalan khusuk ini diikuti segenap prajurit Muslim, kemarin.
Sementara untuk prajurit Nasrani doa bersama di lakukan di ruang VIP Mako Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) II dipimpin Wadanlantamal Kolonel Marinir Freddy JH Pardosi. S.E.,S.H.,M.M., Danyonmarhanlan II Letkol Marinir Bonaficius Adiwisata.S.H.,M.Tr Opsla dan personel Yonmarhan
Doa keselamatan yang di ikuti Komandan Pangkalan Utama TNI AL Danlantamal II Laksamana Pertama TNI Hargianto.S.E.,M.M.,M.Si (Han) serta PJU, Kasatker, Personel dan PNS. Pada pelaksanaan doa, tetap menjaga jarak, mengenakan masker pada masing masing personel.
“Doa keselamatan ini merupakan, bentuk kepedulian senasib sepenanggungan sesama prajurit Matra Laut. KRI Nanggala 402 hilang kontak di sebelah Utara laut Bali pada latihan peluncuran torpedo. Prajurit yang dinas di Satuan Kapal Selam, merupakan prajurit terbaik dan pilihan. Harapan kita mereka dapat diselamatkan oleh Tim yang bertugas, serta tentu Ridho dari Allah SWT,” sebutnya.
Namun lanjut Hargianto, pada Sabtu (24/4) saat jumpa pers, Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan, saat ini pihaknya menaikkan status KRI Nanggala-402 daru submiss (hilang) menjadi subsunk (tenggelam). Hal tersebut berdasarkan sejumlah bukti otentik yang ditemukan tim pencarian di lapangan. “Dengan adanya bukti-bukti otentik yang kini diyakini milik KRI Nanggala, pada saat ini kita isyaratakan untuk (naik) dari submiss kita tingkitkan menuju fase subsunk,” ujar Yudo dalam konferensi persnya.
“Pada fase subsunk nanti akan kita siapkan untuk evakuasi medis terhadp ABK yang kemungkinan masih selamat. Kita evakuasi baik nanti ke Surabaya atau nanti ke Banyuwangi nanti akan kita lanjutkan ke proses berikutnya,” ujarnya.
Adapun, sejumlah bukti yang dimaksud, yakni pertama, ditemukan beberapa kepingan dan barang yang berada di sekitar lokasi terkahir KRI Nanggala. Kepingan itu diyakini merupakan bagian atau komponen yang melekat di dalam kapal selam.
“Dan ini tak akan terangkat apabila tidak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur torpedo,” ungkap Yudo. Kedua, adalah tumpahan minyak. Ketiga, adanya temuan barang-barang yang tidak lazim dimiliki masyarakat umum di sekitar radius 10 mil dari lokasi terakhir KRI Nanggala. Tidak ada kapal lain yang melintas di perairan itu. “Keterangan para saksi ahli dalam hal ini adalah mantan-mantan ABK KRI Nanggala dan komunitas kapal selam ini diyakini barang-barang milik KRI Nanggala,” seperti yang dijelaskan Kasal kemairn. (ped)