Gas Melon Langka, Penjual Minyak Tanah Ketiban Rezeki

ALAI, METRO – Hampir sepekan Liquified Petrolium Gas (LPG) isi tabung tiga kilogram sulit ditemukan di Kota Padang. Tak ayal, minyak tanah kembali menjadi bahan utama bagi ibu rumah tangga untuk memasak kebutuhan sehari-hari. Para penjual minyak tanah pun ketiban rezeki.
Dengan langkanya gas melon tersebut, penjualan minyak tanah meningkat dari hari-hari biasanya untuk menutupi kelangkaan gas. Meningkatnya permintaan minyak tanah untuk keperluan rumah tangga serta warung-warung nasi ini, diakui Eni (41), penjual minyak tanah di Jalan Pasar Alai, Kelurahan Parak Kopi, Padang Utara, Jumat (18/10).
“Banyak warga yang membeli minyak tanah sejak langkanya gas di pangkalan atau warung-warung yang menjual gas,” ungkap Eni.
Diakui Eni, peningkatan daya jual beli minyak tanah meningkat sekitar 30%. Saat ini, minya tanah dijual Rp7.500 perliter. Warga bisa memecahkan permasalahan langkanya gas beberapa minggu belakangan.
Sebelum terjadi kelangkaan LPG 3 kg, menurut Eni, banyak juga ibu-ibu rumah tangga yang tetap membeli minyak tanah untuk kebutuhan memasak di dapur. Ya, minyak tanah mempunyai peminatnya sendiri.
“Minyak tanah biasanya dipakai warga yang merasa takut terhadap dampak ledakan tabung gas. Seperti orang tua yang banyak tidak bisa atau bingung bagaimana cara memasang gas,” ulas Eni.
Ibu satu anak ini mengungkapkan, untuk harga minyak perliter saat ini masih stabil. Penjual yang sudah berjualan minyak tanah 15 tahun ini, mengakui sempat menjual minyak tanah di kisaran harga Rp11 ribu hingga Rp12 ribu perliter. Harga itu dia dapat saat membeli di sistributor Resmi.
“Minyak tanah disini ada distributor resmi yang membawanya. Bisa satu kali seminggu atau dua kali seminggu mereka datang,” tambah Eni.
Menurut dia, untuk ketersediaan minyak tanah, sejak 5 bulan terakhir, stok minyak tanah aman. Distributor resmi menyalurkan perminggu.
Sementara itu, Diah (39), ibu rumah tangga menuturkan dengan ketersediaan minyak tanah, ia tidak terlalu khawatir jika gas langka di pasaran.
“Sebagai ibu rumah tangga, saya harus siap jika ada yang menghambat pekerjaan dapur. Entah itu langkanya gas, mahalnya bahan-bahan dapur, ya harus pandai-pandai ngakali,” ucap Diah. (mg)

Exit mobile version