Soal Oknum Dosen dan Mahasiswa LGBT, Ketua PW Muhammadiyah: Rektor harus Segera Ambil Tindakan

PADANG, METRO – Buncahnya media online soal pasangan sejoli Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) yang digerebek warga di kawasan Lubuk Buaya baru-baru ini turut disoroti Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sumbar, Dr. H. Shofwan Karim Elhusein.
Shofwan Karim meminta kepada Rektor yang bersangkutan agar oknum dosen yang bersangkutan itu dikembalikan LLDikti. Namun jika tidak terbukti akan direhabilitaskan nama baiknya. Fenomena LGBT, kata dia, merupakan pertanda bahwa kebebasan hak asasi manusia (HAM) dan gaya hidup liberal-sekular mulai merasuki dunia pendidikan.
“Kami himbau saudara rektor untuk segera bertemu civitas akademika untuk memeriksa warga kampus yang kena penyakit LGBT itu untuk di-treatment atau diambil tindakan,” kata Shofwan Karim, kemarin.
Shofwan menegaskan, LGBT adalah penyakit mental, serta amat membimbangkan kerana melawan fitrah. Fitrah kehidupan manusia normal ialah hidup berpasang-pasangan, yaitu lelaki dengan perempuan seperti diciptakan Allah SWT, malah LGBT jelas haram dan bertentangan ajaran Islam berdasarkan al-Quran serta hadis Rasulullah SAW.
“LGBT adalah penyakit mental dan bukan disebabkan oleh faktor biologis atau bawaan lahir. Pasti ada kejadian (yang membuat seseorang menjadi LGBT, Red),” ujar Shofwan Karim.
Maka itu, kata Shofwan Karim, pendidikan agama mutlak harus diberikan kepada seluruh kalangan masyarakat sebagai penangkal perilaku menyimpang LGBT itu. LGBT merupakan persolan serius yang tidak bisa didiamkan begitu saja perlu ada upaya pembinaan secara kontinue agar mereka kembali ke fitrahnya.
“Apalagi jika gay itu telah menjadi gerakan sosial yang dikonstruksi dalih hak asasi manusia,” kata Shofwan Karim.
Hal serupa juga disampaikan Sosiolog Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan PGRI Padang, Firdaus, bahwa LGBT bisa terjadi kepada semua latar belakang seseorang. Karena, LGBT merupakan penyakit kelainan orientasi seksual. Bisa terjadi pada siapapun tanpa mengenal status.
“Pelaku LGBT hendaknya dibina dengan cara direhabilitasi agar kembali normal. Dalam hal ini kontrol sosial masyarakat sangat penting untuk menangantisipasi dan menanggulangi masalah LGBT ini,” kata Firdaus.
Menurut Firdaus, peran utama dimiliki oleh keluarga sebagai benteng pertama mengantisipasi penyimpangan sosial dan biologis ini. Karena keluarga adalah benteng maka seharusnya keluarga membangun budaya komunikatif antara orang tua dan anak sejak dini. Sehingga saling terbuka dan semua masalah bisa dihadapi.
Sebelumnya, pasangan homoseksual dua orang lelaki yang berstatus sebagai dosen dan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Padang, digerebek warga Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, pada Sabtu (31/8) malam. Dari hasil interogasi polisi, keduanya mengaku sebagai pasangan gay.
Dua orang laki-laki ini digerebek warga di sebuah rumah kontrakan di Perumahan ABI, RT 001, RW 001, Kelurahan Padang Sarai. Kedua pasangan tersebut masing-masing berinisial Z (55) yang merupakan seorang oknum dosen salah satu kampus yang ada di Kota Padang. Sedangkan pasangannya berinisial DAF (23), seorang mahasiswa di perguruan tinggi swasta di Kota Padang. (mil)

Exit mobile version