Untuk mengatasi penurunan produktivitas akibat berkurangnya lahan sawah, Pemko Padang mengandalkan beberapa strategi, seperti penggunaan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan hasil panen. Kemudian, pemanfaatan bibit unggul agar produksi padi tetap optimal dan penggunaan pupuk organik guna menjaga kesuburan tanah.
Saat ini, produktivitas sawah di Kota Padang mencapai 5,2 ton per hektare. Dengan berbagai inovasi pertanian, diharapkan produksi dapat tetap stabil meskipun luas sawah terus berkurang.
Meskipun luas sawah menyusut, pasokan air untuk irigasi di Kota Padang masih dalam kondisi aman. Bahkan, curah hujan yang tinggi dalam beberapa bulan terakhir membantu mempertahankan ketersediaan air di daerah persawahan.
Dari sisi tenaga kerja, jumlah petani di Kota Padang saat ini sekitar 15.000 kepala keluarga. Meski sudah muncul petani milenial, mereka masih lebih banyak bergerak di sektor hidroponik dibandingkan pertanian sawah.
“Petani milenial belum banyak yang terjun ke lahan sawah. Mereka lebih tertarik ke pertanian hidroponik. Ke depan, kami akan mendorong mereka agar mau berkecimpung di sektor persawahan,” ungkap Yoice.
Terkait dengan pupuk bersubsidi, ketersediaan di Kota Padang saat ini sudah mencukupi. Meskipun pada awal 2024 sempat terjadi kekurangan karena hanya 30 persen dari kebutuhan yang disalurkan oleh Kementerian Pertanian, kini kuota pupuk bersubsidi sudah kembali normal.
“Dengan pupuk yang mencukupi dan dukungan teknologi, kami optimistis produksi padi di Kota Padang bisa tetap terjaga meskipun luas lahan berkurang,” pungkas Yoice. (brm)
Komentar