KAHMI Gelar Bedah Buku “Merahnya Ajaran Bung Karno Narasi Pembebasan ala Indonesia”

BEDAH BUKU— Pengarang buku “Merahnya Ajaran Bung Karno Narasi Pembebasan ala Indonesia”, Airlangga Pribadi Kusman, berfoto bersama dengan jajaran pengurus KAHMI, Senin (24/7) malam, di Hotel Rangkayo Basa.

HANG TUAH, METRO–Korps Alumni Himpu­nan Mahasiswa Islam (KAHMI) mengadakan Bedah Buku Nasional, “Merahnya Ajaran Bung Karno Narasi Pembebasan ala Indonesia”, dengan menghadirkan langsung pengarangnya, Airlangga Pribadi Kusman, Senin (24/7) malam, di Hotel Rangkayo Basa.

Fikri Taufan, selaku Foun­der, acara itu berangkat dari berkumpulnya dia bersama teman-te­man­­­nya yang sama-sama ho­by membaca buku, sehingga tercetuslah ide mengadakan bedah buku Merahnya Ajaran Bung Karno karangan Airlangga Pribadi Kusman tersebut.

“Buku itu menuliskan tentang pemikiran Bung Karno yang relevan dengan keadaan Indonesia dan tantangan kedepannya maka kita membedah buku ini, agar generasi Z kita ini menjadi lebih tahu lagi tentang pemikiran-pemikiran, yang salah satunya yaitu tentang Soekarno,” kata Taufan

Taufan berharap agar generasi muda yang berhadapan langsung dengan pembangunan Indonesia dapat mendalami makna serta menerapkannya di kehidupan.

“Harapannya semoga spirit-spirit bangga menjadi orang Indonesia itu tetap ada, dan semoga mendalami makna dari buku ini karena ide-ide dari Soekarno yang dituangkan dalam buku ini memang banyak yang relevan sebetulnya,” tambahnya.

Airlangga Pribadi Kusman, pengarang buku Merahnya Ajaran Bung Karno, mengatakan bahwa selain meningkatkan literasi, acara semacam ini juga mem­­bawa dampak yang po­sitif seperti dapat bertukar pikiran dengan pandangan dan komentar dari pihak lain yang saling mengayakan.

“Tentunya ini akan memberikan kontribusi bagi penguatan kebangsaan, dan tentunya bagai­mana memahami Soekarno dalam konteks gaga­san-gagasan dan kekuatan pikiran beliau mulai dari bagaimana ikut melahirkan bangsa ini,” jelasnya.

Dijelaskan Airlangga, buku karangannya lahir dilatarbelakangi oleh dia sendiri sebagai seorang penulis terhadap referensi-referensi dan rujukan dari biografi Soekarno, yang dia lihat masih memiliki ruang yang kosong untuknya berkarya.

“Saya masih melihat ruang kosong dimana kemudian saya mencoba untuk memasuki ruang kosong tersebut dengan mem­berikan ulasan yang kemudian tertuang dalam buku ini,” ucapnya.

“Buku ini mulai saya tulis pada era akhir Covid-19, yang saya tulis selama kurang lebih 10 sampai 11 bulan, dari situlah kemudian di produksi di percetakan hingga sekarang ada sekitar delapan kali acara bedah buku seperti ini di beberapa tempat,” lanjutnya.

Menurutnya, buku ini sangat relevan dibaca oleh generasi Z seperti seka­rang ini, karena generasi Z adalah generasi yang berhadapan langsung dengan masa depan Indonesia di saat ini.

“Dan tentunya kalau kita lihat bahwa upaya untuk memahami atau merumuskan jalan masa depan itu sangat ditentukan oleh pemahaman kita terhadap masa lalu kita, dalam konteks ini saya berusaha untuk menampilkan Bung Kar­no dengan kekuatan pi­kirannya, dimana kita memiliki tradisi berfikir yang maju, pada masa lalu,” tutupnya. (cr2)

Exit mobile version