Viral, Video Mahasiswa KKN UNP Sindir Fasilitas Rumah Sewa, Sebut Air Tak Ada, Mandi di Mushalla, Ngontrak Bayar Pula, Erian Joni: Seharusnya Lebih Beretika Menyampaikan

BUNGUS, METRO–Sejumlah mahasiswa yang mengi­kuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di ka­wasan Kecamatan  Bungus Teluk Ka­bung (Bungtekab), Kota Padang, mem­buat video tentang aktivitas KKN mereka yang akhirnya virak di media sosial. Para peserta KKN yang didominasi perempuan itu menyindir fasilitas yang mereka dapatkan dalam melakukan kegiatan wajib tersebut.

“Kalian libur semester? Mana maen. KKN-lah. KKN kalian di mana? Tanah­datar, Limapuluh Kota? Bungus-lah, air gak ada, mandi di Musala. Diusir? Ngontrak bayar pula,” kata beberapa ma­ha­siswi yang berjumlah sembilan orang dalam cu­plikan video, Minggu (25/6) siang.

Sementara dalam video pembanding, terlihat seorang tokoh masyarakat yang mengumpulkan se­jumlah mahasiswa KKN di sebuah ruang pertemuan.

“Adik-adik dianggap tidak ada membawa perubahan, sampai nanti ada penyelesaiannya oleh dosen pembimbingnya kepada kami, kepada Bapak Camat dan Lurah. Jadi itu keputusannya, karena untuk mengingat keamanan adik-adik juga di lingkungan, karena pasti ada warga yang membaca (melihat postingan) itu, karena ini bukan masalah adik-adik dengan pemerintah,” ucap pria paruh baya yang menggunakan jaket warna merah maroon tersebut.

Salah satu video mahasiswa yang membuat konten menyindir fasilitas di kawasan Bungus Teluk Ka­bung itu, yakni akun TikTok dengan nama pengguna @oochi._ Video tersebut telah ditonton lebih dari 300 ribu kali, disukai 13 ribu kali lebih, 855 komentar, 1.375 difavoritkan dan 6.321 kali dibagikan.

Misskomunikasi dan Etika Bermedsos

Sementara itu, pihak Universitas Negeri Padang (UNP) angkat bicara pasca viral sejumlah mahasiswi mereka yang meng­ung­kapkan keluh kesahnya saat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Bung­tekab.

Sekretaris UNP, Erian Joni mengakui bahwa se­jumlah mahasiswi yang ada dalam video beredar itu berasal dari UNP. “Ini terjadi karena miskomunikasi dan etika dalam bersosial media,” kata Erian, Minggu (25/6) siang.

Erian mengatakan, mahasiswi itu mengaku mengeluhkan fasilitas yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan harga se­wa rumah yang harus dibayar oleh peserta KKN.

“Namun, bukan berarti tindakan mereka itu dibenarkan, menyampaikan keluh kesah mereka di media sosial (medsos) dengan cara demikian, sekali lagi ini miskomunikasi,” katanya.

Selain itu, kata Erian, sejumlah mahasiswa yang melaksanakan KKN di kawasan Bungus itu telah ditarik keluar dari wilayah tersebut pasca postingan yang mereka keluarkan beredar dan kadung viral di medsos.

“Agar tidak terjadi gesekan, mereka kami tarik dan bisa saja dipindahkan ke daerah lain, mungkin saja masih ada slot (daerah KKN) yang kosong, mungkin mereka di sana di­tem­patkan,” katanya.

Erian mengatakan, mahasiswa KKN di UNP pada tahun ini berjumlah ribuan dan tersebar ke ratusan Nagari, Kelurahan dan De­sa di Sumbar.

“Kegiatan KKN ini baru berjalan, mungkin baru sepekan, jadi ini mahasiswa yang melaksanakan KKN tahun ini,” katanya.

Pengamat Sosial itu ti­dak menampik bahwa ada sanksi administratif yang diberikan oleh pihak kampus kepada sejumlah mahasiswa tersebut.

“Jumlah pasti mereka di sana saya tidak dapat, namun ada laki-laki dan perempuan, mereka itu tidak serumah,” katanya.

Terkait dengan rumah yang disewakan kepada mahasiswa KKN yang dikeluhkan, katanya, hal tersebut lumrah terjadi. “Sewa-menyewa rumah itu lumrah terjadi, namun jika ada hal yang kurang pas, seharusnya mahasiswa lebih beretika menyampaikannya,” tutur Erian.

Saat ini, sejumlah mahasiswa tersebut telah me­ninggalkan lokasi KKN dan akan pindah ke kawasan lainnya. “Kalau hukuman menambah semester tentu tidak, hanya saja konsekuensinya mereka sedikit terlambat menyelesaikan proses KKN itu ketimbang teman-temannya di daerah lain,” tuturnya. (rom)

Exit mobile version