PADANG, METRO–Perkembangan kasus penyakit gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) semakin mengkuatirkan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumbar, Dr Lila Yanwar melalui Penanggung Jawab Ruangan Emergency Anak RSUP Dr M Djamil Padang Indra Ihsan mengungkapkan, pasien yang dirawat akibat penyakit yang penyebabnya masih misteri ini sebanyak 22 pasien.
Dari 22 pasien tersebut sudah 12 pasien yang didominasi anak-anak meninggal akibat penyakit ini. Sebanyak 12 pasien meninggal ini, terdiri dari 10 anak meninggal saat menjalani perawatan di RSUP M Djamil Padang. “Sedangkan dua anak lagi meninggal di rumah sakit di daerah,” terang Lila, saat memberikan keterangan pers kepada awak media, Kamis (20/10) di Kantor Dinkes Sumbar di Kota Padang.
Sementara, sebanyak enam pasien masih dalam perawatan. Sisanya ada yang sembuh, namun masih menjalani perawatan karena fungsi ginjalnya masih ada gangguan. Juga ada pasien yang sudah sembuh sempurna.
Dari jumla pasien tersebut yang paling banyak berasal dari Kota Payakumbuh sebanyak 10 pasien. Juga ada tiga pasien dari Bukittinggi, tiga pasien dari Jambi dan yang lainnya, asalnya bervariatif, ada yang dari Pariaman dan beberapa daerah lainnya.
Lila mengungkapkan, untuk menelusuri masyarakat yang terjangkit penyakit ini, saat ini pihaknya bersama dengan RSUP M Djamil Padang dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Sumbar sudah membuat satuan tugas (satgas) bersama untuk melakukan komunikasi dan kordinasi.
Selain itu pihaknya juga menunggu informasi hasil penelitian laboratorium Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang juga sedang mengumpulkan data dari Dinkes di seluruh Indonesia.
“Jadi penelitian ini akan berkembang terus untuk bisa diambil kesimpulannya nanti. Kita masih menunggu informasinya. Saat ini yang bisa dilakukan menguatkan kordinasi dengan berbagai pihak terkait dan menunggu arahan dari Kemenkes,” terangnya.
Selain itu, juga meningkatkan deteksi di tengah masyarakat melalui dokter yang ada di puskesmas dan Dinkes Kabupaten Kota, agar melakukan survey kepada keluarga yang anaknya yang terkena penyakit ini terkait penyebabnya.
“Kita langsung menelusuri ke pihak keluarga. Kira-kira ada faktor lain selain mengkonsumsi obat sirup seperti makanan, faktor lingkungan atau apakah ada keluarga yang sebelumnya terkena Covid-19,” tuturnya.
Lila juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai jika anak panasnya tinggi atau demam. Selain itu, orang tua juga selalu pantau gangguan pada urine anak-anak.
Ketua IDAI Sumbar Dr. dr. Finny Fitry Yani, Sp.A (K) meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan anaknya, Jika anak demam, batuk dan pilek, jangan anggap enteng. Tapi jangan terlalu cemas juga.
Finny juga meminta orang tua yang anaknya sakit demam, agar menahan diri dulu untuk membeli obat bebas di luar. “Satu atau dua hari sakit, silahkan bawa ke puskesmas. Atau ke dokter spesialis anak,” imbaunya.
Selain itu, Finny juga meminta orang tua juga agar waspada gejala anak yang buang air kecil. “Harus diperhatikan anak buang air kecil. Apa ada gangguan atau tidak. Jangan hanya andalkan pakai pampers saja anaknya. Sehingga luput dari perhatian,” ajaknya.
Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) Padang Drs. Abdul Rahim, Apt., M.Si, menolak isu kasus gangguan ginjal akut yang menyerang anak- anak disebabkan mengkonsumsi obat batuk sirup dan parasetamol seperti kasus di Gambia, Afrika.
“Kasus di Indonesia, khususnya di Sumbar tidak ada hubungannya dengan kasus yang terjadi di Gambia, Afrika. Penyebab dari gagal ginjal ini belum ada kesimpulannya. Apakah akibat Covid-19, vaksin, dan sebagainya belum ada keterangannya. Selain itu, belum ada hasil kajian yang menyatakan obat yang dikonsumsi sebagai penyebabnya. Hasilnya hingga saat ini belum ada, dan kita masih menunggu,” paparnya.
Selain itu, pihaknya menyatakan BPOM Padang belum melakukan inspeksi ke apotik dan toko obat tentang himbauan kemenkes, agar tenaga kesehatan saat ini tidak meresepkan obat-obatan dalam sediaan cair atau sirup.
“Kita belum melakukan penindakan walau telah ada himbauan pelarangan meresepkan obat obatan cair dan sirup dari kemenkes. Yang jelas, obat-obatan yang tidak sesuai ketentuan dilarang peredarannya. Belum ada kajian yang menjelaskan obat-obatan tersebut penyebab gagal ginjal akut. Kita pada saat ini masih menunggu hasil kajian,” tambahnya. (fan)