ULAKKARANG, METRO – Beberapa ormas Islam akan menggelar aksi unjuk rasa yang diberi nama Aksi Bela Islam Ranah Minang yang direncanakan akan dilaksanakan Senin (10/4). Unjuk rasa tersebut menyampaikan penolakan terhadap bisnis maksiat di Ranah Minang, tutup krematorium, serta menolak Siloam atau Padang Landmark.
Hal itu dibenarkan oleh Ketua Forum Masyarakat Minangkabau (FMM) yang juga ketua aksi, Irfianda Abidin. Ia mengatakan, adanya aksi ini dilatarbelakangi kemaksiatan yang yang saat ini sudah sangat meresahkan dan merajalela di Ranah Minang. Seperti prostitusi, minuman keras, judi, togel yang mana korbannya adalah masyarakat Minang.
”Kita melakukan aksi ini untuk menghilangkan kemaksiatan dalam di bumi Ranah Minang. Generasi muda kita menjadi korban bisnis maksiat tersebut. Anak-anak gadis Minang yang masih belasan tahun menjadi korban bisnis kemaksiatan tersebut. Di Minangkabau ada falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabulah, syarak mangato adat mamakai. Segala sesuatu di Minangkabau, berlandaskan Islam,” kata Irfianda Abidin.
Selain itu, Irfianda mengungkapkan, pihaknya juga menuntut agar krematorium yang berada di tengah penduduk untuk ditutup. Dulu memang belum ada gesekan, karena selama ini umat Islam memang memiliki toleransi yang tinggi. Namun adanya reaksi ini mereka yang memunculkan karena memaksakan kehendak.
”Mereka yang telah merusak kerukunan antarumat beragama. Kita ingin krematorium itu dipindahkan. Kita tidak pernah membuat onar, membuat rusuh terhadap apapun bisnis-bisnis yang mereka lakukan. Kita pusatkan aksi di kawasan Pondok nantinya karena disana terpusat tempat hiburan yang berbau maksiat. Dan kita minta hentikan bisnis maksiat itu,” ungkap Irfianda.
Irfianda mengungkapkan, pihaknya juga sudah memastikan akan melaksanakan aski tersebut pada hari Senin (10/4) yang nantinya akan para peserta aksi terdiri dari ormas-ormas Islam. Pihaknya belum bisa memastikan berapa jumlah massa yang akan hadir. Karena belum menerima laporan. Diperkirakan masa berkumpul dari Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Solok, Padangpanjang dan daerah lainnya di Sumbar.
”Kita melakukan aksi dengan longmarch membawa spanduk. Diharapkan dengan adanya aksi ini, mereka tidak melaksanakan bisnis yang berbau maksiat. Jangan melaksanakan pembakaran mayat di sana demi terciptanya kerukukan antar umat beragama di Sumatera Barat ini,” pungkasnya.
Disayangkan Kapolda
Kapolda Sumbar Brigjen Pol Fakhrizal, mengatakan jika aksi itu terjadi dirinya tentu sangat menyayangkan. Karena dapat mengganggu kamtibmas. Dalam hal ini, untuk mengantisipasinya, kepolisian mengajak tokoh masyarakat berdiskusi terkait rencana itu. Sebaiknya masyarakat dapat menahan diri karena aksi itu bisa berdampak terhadap situasi kamtibmas dan kerukunan antar umat beragama yang selama ini sudah terjalin dengan baik.
“Saya sudah mendengar adanya rencana aksi tersebut. Malu kita aksi itu terjadi, sebab itu saya saat ini sedang mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat, dan mengajak para tokoh untuk berdiskusi dan bermediasi supaya aksi iti tidak perlu terjadi di Ranah Minang ini,” kata Fakhrizal.
Kapolresta Padang, Kombes Pol Chairul Aziz menambahkan, terkait adanya aksi Bela Islam Ranah Minang, hingga saat ini belum ada menerima pemberitahuan dari koordinator aksi. Namun pihaknya berharap kepada masyarakat agar tidak terprofokasi dan berharap agar aksi tidak usah dilakukan demi terpeliharanya Kamtibmas di Sumatera Barat khususnya Kota Padang.
“Kita melihat apa yang akan mereka tuntut itu telah ditanggapi pemerintah. Misalkan masalah krematroium, itu sudah ada kesepakatan akan dipindahkan dari lokasi sekarang. Yang katanya maksiat, Polri dan Pemko Padang secara rutin melakukan razia, bahkan sudah disegel dan sampai saat ini tidak ditemukan anak di bawah umur yang dipekerjakan, yang ditemukan hanya pengunjung. Begitu juga dengan Siloam dan Padang Landmark, itu sudah ditegaskan tidak ada kristenisasi,” kata Chairul Aziz.
Chairul Aziz menambahkan, saat ini situasi kamtibmas di Kota Padang dalam keadaan kondusif, sebaiknya kalau memang tetap ingin menyampaikam aspirasi, diharapkan tidak perlu merangkul masa yang banyak, cukup perwakilan dari ormas-ormas saja dan dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan Pemko Padang dan Pihak Kepolisian.
“Dengan mengendalikan jumlah masa yang cukup banyak, tentunya akan berdampak kepada situasi yang tidak kondusif. Lalu lintas akan terganggu, dan bahkan sangat rentan dengan masuknya penyusuf sehingga bisa dimanfaatkan olek pihak lain, hingga akhirnya mengarah kepada perbuatan yang mengarah kepada pelanggaran hukum,” ungkap Kapolres.
Saat ini, Chairul Aziz menjelaskan, dibentuknya negara ini karena adanya perbedaan agama, ernis, budaya, suku, bangsa, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang mana kaum mayoritas melindungi kaum minoritas dan kaum minoritas toleransi dengan kaum minoritas yang tujuannya agar kerukunan antar umat bergama, antar etnis tetap terjaga.
“Situasi kamtibmas adalah tanggung jawab kita bersama. Saya harap masyarakat paham bahwa apa yang dituntut oleh Belas Islam Ranah Minang ini telah ditanggapi dengan baik oleh Pemerintah. Dan diharapkan jika tetap ada aksi, mari lakukan dengan bijak, dan jangan sampai melakukan pelanggaran hukum, dan jika terjadi itu tanggung jawabnya koordinator aksi. Kita akan tindak sesuai aturan yang berlaku,” pungkasnya. (rg)