PEMANASAN global bukanlah isapan jempol. Menurut US National Climatic Data Center tahun 2001, temperatur bumi meningkat sekira 0,6-2,5 derajat celcius dalam lima tahun. Pada abad berikutnya, kenaikan berkisar antara 1,4 – 5,8 derajat Celsius.
Salah satu penyebab pemanasan global ini adalah makin banyaknya kendaraan bermotor. Data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan yang beredar di Indonesia lebih dari 104 juta unit hingga 2013. Padahal, 10 tahun sebelumnya, kendaraan baru ada 26,6 juta unit. Tentu saat ini jumlah tersebut lebih banyak.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa pabrikan yang memproduksi kendaraan bermotor itu bukannya diam saja. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah membuat kendaraan yang semakin hemat bahan bakar, serta membuat kendaraan yang tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya.
Selain dari pabrikan , yang juga belum terlalu signifikan, ada pula inisiatif yang datang dari kampus-kampus, tak terkecuali kampus di Indonesia. Kajian dan purwarupa proyek mobil listrik melibatkan lima kampus, UI, ITB, UGM, UNS, dan ITS, serta BPPT dan LIPI. Berikut adalah kontribusi dua di antaranya:
ITB
ITB berhasil memamerkan mobil listrik pertama di gelaran RITech Expo yang diselenggarakan pada Agustus 2012 di Sasana Budaya Ganesha Bandung, dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke-17. Dikutip dari laman resmi ITB, mobil listrik yang dijuluki Jalak ini diciptakan oleh sekelompok tim ahli dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), serta Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Dikatakan, meski merupakan hasil rakitan ITB atas kerja sama dengan PT Pindad, baterai mobil masih didatangkan dari Tiongkok. Mobil ini dapat berjalan hingga 100 Km dalam satu kali pengisian baterai.
Platform mobil dapat dikembangkan menjadi 12 varian, termasuk pikap hingga minibus. Baterai dan motor listrik diletakkan pada gardan belakang. Dikatakan, mobil listrik ini mengadaptasi mesin seperti mobil Volkswagen (VW) Kodok. Meski begitu, mesin juga dapat diletakkan di depan seperti mobil sedan, atau pada masing-masing roda.
Jalak berbahan fiber dan berkabin ganda dengan kapasitas hingga enam penumpang. Saat itu, diprediksi mobil listrik ini akan berada pada kisaran harga Rp 80 juta hingga Rp 150 juta, tergantung jenisnya. Proyek mobil listrik sedikit tercoreng setelah pada September 2015 Kejaksaan Agung menyita satu mobil listrik untuk dijadikan bukti terkait kasus korupsi pengadaan 16 mobil listrik untuk kegiatan Konferensi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Bali pada 2013 lalu. Januari 2013 lalu, ITB melalui Wakil Rektor Bidang Riset ITB, Wawan Gunawan, mengatakan hasil riset mobil nasional nanti akan diserahkan ke pemerintah melalui proyek Mobil Listrik Nasional (Molina). Saat ini, satu komponen terpenting yang masih terus dikembangkan adalah baterai mobil.
ITS
Sama seperti ITB, ITS juga berhasil meluncurkan dua prototipe mobil listrik pertama kali pada Januari 2013. Prototipe pertama yang dinamakan EC -ITS 1.0 itu bermodel hatchback sport berkapasitas empat penumpang.
Mobil ini terbakar sebulan setelahnya. Kebakaran ini diindikasikan merupakan aksi sabotase. Kemudian, pada April 2014, ITS kembali meluncurkan prototipe mobil listrik yang semakin sempurna. Saat itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan mobil ini adalah jawaban dari tantangan presiden kala itu, SBY.
Berdasarkan data awal, sebagaimana ditulis di laman resmi ITS, mobil listrik yang diberi nama Ezzy 1 dan Ezzy 2 ini mampu menempuh jarak sekira 100 km dalam satu kali isi ulang, tergantung kondisi jalan yang dilewati. Baterai sendiri paling cepat dapat digunakan setelah tiga jam isi ulang.
Koleksi mobil listrik ITS semain bertambah setelah November 2014 lalu mereka meresmikan bus listrik. Bahkan, pada April 2015, ITS meresmikan gedung riset untuk mobil listrik yang diklaim terlengkap di Indonesia. Beberapa fasilitas yang ada disini adalah peralatan uji mobil dan motor listrik. Terdapat pula composite fabrication, 3D scanner, 3D photogravimetry, dan peralatan fabrikasi komponen. Ada pula fasilitas desain teknik dan reverse engineering, uji coba sistem kontrol, dan sistem komputer mobil terintegrasi.
Kabar terakhir, baru-baru ini peneliti dari lima perguruan tinggi mengaku sudah siap menyokong industri mobil listrik menuju tahapan manufaktur. Salah satu tantangan yang masih belum mampu dijawab hingga saat ini adalah baterai. Muhammad Nur Yuniarto dari tim mobil listrik ITS mengatakan bahwa saat ini mereka sedang mengembangkan baterai jenis baru agar tidak tergantung dengan impor. (*/tin)
Komentar