Kedua, mentransformasikan sektor transportasi dengan tujuan merevolusi mobilitas melalui pengembangan kendaraan generasi mendatang dan bahan bakar berkelanjutan. Ketiga, mempromosikan efisiensi energi di semua sektor dengan mendorong pengurangan konsumsi energi yang signifikan dengan berfokus pada proses industri, sistem bangunan, dan produk konsumen.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengungkapkan, selain proyek pembangkit EBT, pendanaan dari Jepang juga bakal menyasar pada pengembangan Battery Storage System (BSS) untuk bisa melistriki Indonesia bagian timur.
Selain itu pendanaan untuk tiga proyek hidrogen dan amonia bagi industri pupuk. Kemudian ada juga pengembangan dua proyek CCUS. ’’Indonesia bagian timur masih banyak menggunakan diesel, penggunaan genset mahal. Lalu juga pengembangan smart grid system jadi kombinasi itu nanti hasilkan listrik lebih stabil,’’ ungkap Eniya.
Airlangga melanjutkan, untuk mewujudkan tujuan dekarbonisasi di negara-negara mitra AZEC juga perlu dikembangkan platform keuangan kolaboratif yang dapat mengatasi tantangan unik di masing-masing negara dalam pendanaan transisi energi di masing-masing.
’’Platform ini nantinya akan berperan memobilisasi modal domestik, menarik investasi internasional, dan menciptakan instrumen keuangan inovatif yang disesuaikan dengan kebutuhan kawasan,’’ katanya. (jpc)