Endang menjelaskan, secara tahunan, laju inflasi Kota Padang dan Kota Bukittinggi mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi Kota Padang tahunan sebesar 1,93% (yoy), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,22% (yoy) dan berada pada peringkat ke-71 dari 90 Kabupaten/Kota yang mengalami inflasi di Indonesia.
“Kemudian, realisasi inflasi Kota Bukittinggi sebesar 2,10% (yoy), menurun dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 3,32% (yoy) dan berada di urutan ke-63 dari 90 kota yang mengalami inflasi di Indonesia. Inflasi gabungan dua kota di Sumatera Barat pada September 2023 dipengaruhi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan realisasi inflasi sebesar 0,26% (mtm) dan andil sebesar 0,08% (mtm),” jelasnya.
“Secara umum, inflasi gabungan dua kota di Sumatera Barat pada September 2023 didorong oleh kenaikan harga bensin non-subsidi serta berbagai komoditas pangan terutama beras, ikan cakalang/kan sisik, dan daging ayam ras. Namun, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi beberapa komoditas bahan pangan dan tarif transportasi,” kata dia.
Menurutnya, realisasi inflasi tahunan Sumbar terus menunjukkan penurunan dan berada di sekitar batas bawah target inflasi 3±1% (yoy), didukung oleh sinergi yang kuat dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat dalam mengendalikan harga, memastikan ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, serta komunikasi yang efektif.
“Berbagai upaya pengendalian inflasi daerah yang telah dilakukan pada September 2023 antara lain, melanjutkan penyelenggaraan operasi pasar/pasar murah secara intensif di Kabupaten/Kota. Kemuddian pendistribusian beras SPHP dan stok pangan komersil oleh BULOG. Intensifikasi distribusi komoditas pangan strategis melalui mobil boks keliling dan media sosial oleh Toko Tani Indonesia Center (TTIC). Rapat Koordinasi untuk memitigasi kenaikan harga beras. Terakhir, penyelenggaraan talkshow sebagai komunikasi efektif dalam rangka menjaga ekspektasi inflasi masyarakat,” tutupnya. (rgr)