JAKARTA, METRO – Kepala Divisi Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI) Irwan Abdalloh mengatakan, kinerja perdagangan saham syariah konsisten di atas 50 persen. Menurut dia, pasar modal syariah memiliki tiga tantangan besar. Pertama, tingkat literasi dan inklusi yang masih rendah. Kedua, penerbitan produk investasi syariah yang masih terbatas pada saham syariah, sukuk, dan reksa dana syariah. Padahal, secara regulasi sudah ada efek beragun aset (EBA) syariah dan real estate investment trusts (REITs) syariah. “Ketiga, pemerintah masih mendominasi market share sukuk,” kata Irwan, Selasa (1/1).
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengungkapkan, industri jasa keuangan syariah juga tumbuh positif selama 2018.
Terbukti, aset perbankan syariah dan pembiayaan syariah (bank umum syariah dan unit usaha syariah), serta aset industri keuangan nonbank (IKNB) syariah mengalami pertumbuhan. Per Oktober 2018, masing-masing tumbuh 7,09 persen, 9,52 persen, dan 0,59 persen.
Untuk mendorong peran serta keuangan syariah dalam mendukung penyediaan sumber dana pembangunan, OJK memfasilitasi pendirian bank wakaf mikro (lembaga keuangan mikro syariah/LKMS).
OJK juga melaksanakan kegiatan sosialisasi terkait keuangan syariah bekerja sama dengan masyarakat ekonomi syariah (MES) dan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). (jpnn)
“Terdapat 41 bank wakaf mikro dengan nilai pembiayaan Rp 9,72 miliar dan melibatkan 8.373 debitur,” ujar Wimbo.