AHM Hadirkan Kids Traffic Park, Edukasi Anak Tentang Keselamatan Berkendara

EDUKASI— AHM menghadirkan Kids Traffic Park untuk mengedukasi anak-anak akan pentingnya keselamatan berkendara dan rambu lalu lintas.

PADANG, METRO–Sepeda motor menjadi alat mobilitas paling efektif dan banyak digunakan untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Salah satunya, mengantar anak ke seko­lah atau sekadar membonceng berkeliling menikmati perjalanan. Kendati de­mikian, orang tua perlu me­mahami cara yang aman saat membonceng si buah hati agar selamat selama perjalanan.

Contoh mudah dan paling banyak dilakukan, mem­­bonceng anak di posisi depan. Menurut Johannes Lucky, Manajer Safety Riding Department PT Astra Honda Motor, berbagai alasan disampaikan para orang tua saat membonceng anak di de­pan. Padahal, terdapat potensi bahaya tersembunyi atas kondisi tersebut.

“Biasanya orang tua membonceng anak di depan karena berbagai alasan sederhana. Misalnya anak bisa menikmati pemandangan dan merasa senang saat duduk di de­pan. Ada juga yang berpikir posisi anak di depan lebih aman dan mudah dikontrol saat tertidur. Padahal ini tidak benar,” ujar Lucky.

Terdapat beberapa potensi bahaya saat orang tua membonceng anak di depan. Seperti terbentur setang kemudi, terjepit, mendapatkan gangguan kesehatan, menutupi ruang lingkup pandangan pengemudi, mengganggu pengendalian, hingga salah komunikasi atau membaca informasi dari panel meter sepeda motor.

Lalu, bagaimana Ca­ri_aman berkendara dengan anak? Berikut hal yang perlu diperhatikan saat berboncengan dengan si buah hati. Pertama, anak wajib menggunakan perlengkapan berkendara, karena pembonceng dan pengendara memiliki risiko yang sama. Sehingga, ke­duanya wajib menggu­nakan perlengkapan berkendara, seperti helm, jaket, sarung tangan, celana panjang, dan sepatu.

 ”Pastikan anak membonceng di belakang dengan posisi lurus dengan tubuh pengendara dan rapat, sehingga anak dapat memegang tubuh pengendara lebih baik dan meningkatkan keseimbangan saat berkendara,” ungkap Lucky.

Selanjutnya, dikatakan Lucky, pastikan tangan anak sudah bisa memegang kuat pengendara. Pegangan yang kuat dapat mencegah keseimbangan anak tergangu ketika membonceng. Bisa juga ditambahkan sabuk pembonceng sehingga keseimbangan dan posisi anak dapat lebih terjaga.

“Lalu, kaki sudah bisa menginjak pijakan kaki pembonceng dan ingatkan anak kita untuk tidak memainkan kakinya ketika membonceng, untuk men­cegah potensi tersenggol kendaraan lain,” katanya.

Ditambahkan Lucky,  saat berkendara dengan anak, perlu mengontrol kecepatan berkendara. Hal ini ditujukan untuk  mencegah anak terpental kebelakang/ berguncang saat kita mebuka gas karena pegangan anak yang belum kuat, atau anak tidak siap terhadap pergerakan tiba-tiba sepeda motor.

Anak memiliki ketahanan fisik yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga mereka tidak bisa diperlakukan sama. Mengatur waktu keberangkatan seperti berangkat lebih pagi untuk menghindari terik matahari akan dapat mengurangi ketidaknyamanan mereka ketika berkendara.

“Mengatur rute kebe­rangkatan juga diperlukan sehingga kita terhindar dari kemacetan dan dapat sampai lebih cepat. Saat berkendara dengan anak , kita juga perlu mengatur jarak perjalanan sehingga kita bisa menentukan waktu istirahat yang baik untuk anak kita ketika berkendara,” ungkap Lucky.

Lucky menuturkan, pe­ngen­dara harus sering me­lakukan konfirmasi terhadap anak, apakah dia haus, mengantuk, capek dan lainnya. Tak kalah pen­ting, anak-anak perlu di­edukasi sedini mungkin tentang keselamatan berkendara dan rambu lalu lintas yang berlaku, sehingga mereka dapat memahami potensi bahaya di jalan raya.

“Cara paling mudah untuk edukasi usia dini, orang tua dapat mengikutkan anak-anak tercintanya belajar di Kids Traffic Park yang terletak di AHM Safety Riding Park (AHMSRP), Deltamas, Cikarang,” kata dia.

Dalam pelatihannya, dikatakan Lucky, anak-anak menggunakan push bike dan sepeda kayuh sebagai alat simulasi keselamatan berkendara. Sepanjang dua decade, safety riding AHM sudah menge­dukasi sebanyak 286 ribu anak-anak dari seluruh Indonesia.

“Setiap orang tua tentunya ingin anak selamat saat berboncengan di jalan raya. Sehingga, perhatian ekstra dan edukasi sejak dini diperlukan agar anak mendapat pengalaman ber­ken­dara yang aman dan menyenangkan bersama orangtuanya,” tutup Lucky. (rgr)

Exit mobile version