JAKARTA, METRO–Perbankan terus menggenjot kinerja intermediasi awal tahun ini. Sebagai tanda bukti, Bank Mandiri sepakat menyalurkan kredit senilai total Rp2,3 triliun. Pembiayaan tersebut digunakan untuk pelaksanaan dua proyek infrastruktur, yakni proyek di Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, rincian pembiayaan diberikan kepada PT Wika Tirta Jaya Jatiluhur sebesar Rp 572,6 miliar, untuk pembangunan konstruksi Proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Jatiluhur I. Sedangkan, pinjaman sebesar Rp 1,732 triliun diberikan kepada PT Baja Titian Utama sebagai Fasilitas Term Loan, untuk pengerjaan proyek penggantian dan duplikasi 37 Ajembatan Callender Hamilton (CH) yang tersebar di Pulau Jawa.
Aksi korporasi tersebut merupakan realisasi dukungan bank pelat merah kepada pemerintah. Khususnya, untuk untuk mempercepat penyediaan infrastruktur strategis. “Seluruh infrastruktur ini menyangkut hajat hidup masyarakat,” ucap Darmawan, Minggu (3/4).
Kredit sindikasi proyek SPAM Regional Jatiluhur I memiliki tenor selama lebih dari 11 tahun. Keseluruhan pembangunan ditargetkan rampung pada 2024. Dengan demikian, dapat meningkatkan pasokan air minum hingga 4.750 liter per detik. Untuk kemudian disalurkan ke DKI Jakarta, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang.
Sementara fasilitas Term loan bagi PT Baja Titian Utama memiliki jangka waktu 12 tahun. Keseluruhan proyek pembangunan 37 jembatan di Pulau Jawa yang tersebar di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang diperkirakan rampung dalam dua tahun.
Sampai akhir 2021, Bank Mandiri telah menyalurkan dukungan pembiayaan ke sektor konstruksi infrastruktur dengan outstanding senilai Rp 57,1 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 12 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Mengacu Bloomberg League Table Reports, bank berlogo pita emas itu menduduki posisi puncak sebagai Mandated Lead Arranger dan Bookrunners (MLAB). Jumlah pangsa pasar sindikasi nasional menembus 20,78 persen.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati fungsi intermediasi perbankan hingga Februari 2022 menunjukkan tren positif. Kredit tumbuh 6,33 persen year-on-year (YoY). Kenaikan terjadi seluruh kategori debitur. Terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta ritel.
Secara sektoral, perdagangan, manufaktur, dan rumah tangga mencatatkan kenaikan kredit secara month-to-month (MtM). “Masing-masing sebesar Rp 19,5 triliun; Rp 8,8 triliun; dan Rp 7,1 triliun. Ini mencerminkan dukungan perbankan dalam pemulihan ekonomi nasional terus membaik,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso.
Profil risiko perbankan pada Februari 2022 masih terjaga dengan rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) gross 3,08 persen. Walaupun terdapat penyesuaian sebagai dampak kebijakan kenaikan GWM Bank Indonesia (BI), likuiditas industri perbankan masih sangat memadai. Tercermin dari rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK sebesar 147,33 persen dan 32,72 persen. Angka tersebut di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen. (jpc)