Erick Thohir Berikan Jurus Jitu Selesaikan Masalah Minyak Goreng

Ilustrasi minyak goreng.

JAKARTA, METRO–Kelangkaan minyak go­reng dan harganya yang melambung tinggi membuat publik geram. Untuk itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BU­MN) pun melakukan intervensi dengan mengalihkan produksi CPO untuk mi­nyak goreng.

Menteri BUMN Erick Thohir menuturkan bahwa strategi BUMN untuk bisa meredam pemasalahan minyak goreng adalah de­ngan cara mengalihkan produksi CPO yang bukan untuk minyak goreng ke minyak goreng. Lalu, diikuti dengan operasi pasar.

“Men-switch seperempat dari produski kami yang tadinya tidak minyak goreng, dipindahkan. Kita operasi pasar. Cukup? Ti­dak, karena itu sejak awal kami mengetuk teman-teman swasta yang perkebunannya 56 persen,” ka­tanya dalam webinar Economic Outlook 2022, Selasa (22/3).

Menurutnya, kerja sa­ma antara BUMN dan s­wasta diperlukan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Sebab, pemulihan ekonomi bisa melaju kencang apabila ada ke­rukunan.

“Ayo lah kan kembali begini loh kalau yang namanya ekonomi kita tumbuh kan perlu ada kerukunan. Itu yang kita ketuk. Kalau susah perlu dibantu juga, harus,” tutur dia.

Sebagai informasi, harga minyak goreng terus meningkat sejak akhir 2021. Pada awal tahun ini, pemerintah sempat mene­rapkan harga eceran ter­tinggi (HET) minyak goreng di angka Rp 14.000 per liter. Bukannya menurunkan har­ga, barang malah jadi semakin langka.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi juga me­nyatakan bahwa seharusnya minyak goreng cukup untuk seluruh masyarakat di setiap provinsi. Namun, itu tidak terjadi.

Ia menduga adanya spekulan yang bermain dalam kelangkaan pasokan dan tingginya harga minyak goreng di Tanah Air. Hal ini yang membuat harga minyak goreng di tingkat konsumen bergejolak.

“Yang terjadi adalah, spekulasi dari kami, ada orang-orang yang tidak sepatutnya menerima hasil dari minyak ini. Misal­nya, masuk ke tempat industri yang harusnya ke masyarakat 1,8 juta ton per bulan atau diselundupkan keluar negeri. Ini adalah mafia yang musti kita berantas bersama-sama,” tuturnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (17/3). (jpc)

Exit mobile version