Musibah datang silih berganti. Kemarau memicu kekeringan, terjadi kebakaran hingga bencana gagal panen para petani. Saat hujan seringpula terjadi banjir, longsor yang menelan korban jiwa. Ini terus terjadi dari waktu ke waktu. Curah hujan yang tinggi terbukti seringkali menimbulkan bencana alam seperti banjir dan longsor. Seakan belum ada penanganan yang komprehensif mengatasi persoalan yang sama terjadi. Bahkan bencana seperti ini sering memakaj korban jiwa.
Seperti halnya hujan berkepanjangan yang melanda sejumlah wilayah di Sumbar beberapa hari terakhir, kembali memicu terjadinya banjir dan longsor di tiga kabupaten. Di Kecamatan Sungaigeringging, Padangpariaman, seorang meninggal setelah rumahnya ditimbun longsor.
Titik lokasi longsor berada di Simpang Sigalumbuak, Kototabuah, Kampuang Pinang, Nagari Batugadang yang menimbun satu rumah dengan dua korban, satu di antaranya meninggal dunia, satu lagi mengalami luka. Menurut Kepala BPBD Budi Mukya Kecamatan Sungailimau dan Sungaigeringging paling parah terdampak banjir dan longsor. Sedangkan Kecamatan V Koto Kampung Dalam hanya sebagian kecil.
Mengingat potensi curah hujan yang masih tinggi tentu masyarakat diimbau tetap waspada mengingat keadaan cuaca belum menentu. Terlebih, warga yang tinggal di daerah rawan bencana banjir dan longsor.Selain Padangpariaman, di Limapuluh Kota, musibah tanah longsor terjadi di Jorong Koto, Nagari Situjuahbatua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Selasa lalu (11/6). Sekitar satu hektare areal persawahan penduduk di Jorong Koto, Nagari Situjuahbatua, tepatnya di Lereng Salo ditimbun longsor.
Masih dalam minggu ini juga, di Agam material longsor di tiga titik menutupi badan jalan provinsi di Jorong Tamtaman, Nagari Tigo Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. Tiga titik longsor di daerah tersebut berhasil dievakuasi menjelang subuh menggunakan dua unit alat berat. Kini jalan provinsi itu sudah dapat dilalui. Meski demikian, BPBD Agam mengimbau masyarakat sekitar dan pengendara yang melintasi jalan tersebut tetap waspada. Dikarenakan, hujan masih mengguyur kawasan yang akan berpotensi menimbulkan longsor susulan.
Rentetan peristiwa yang terjadi tentu jadi perhatian khusus para pengambil kebijakan. Bukan hanya bagaimana menangani bencana dan para korbannya. Jauh dari itu bagaimana mengantisipasi agar ke depan bisa diminimalisir.
Alam adalah bagian dari kehidupan manusia yang harus dijaga keseimbangannya. Satu titik atau sisi penanganan yang tidak bersahabat tentu menimbulkan ketimpangan pada sisi lain. Eksploitasi alam yang tidak ramah dan keseimbangan yang tidak terjaga sangat memungkinkan memicu bencana. Perusakan hutan, aliran sungai dan pengelolaan yang tidak menjaga alam akan memicu terjadinya bencana yang berkepanjangan.
Alam takambang jadikan guru, ini pelajaran yang mesti diambil dari kondisi alam saat ini. Semestinya apapun kondisi alam atau musim yang diturunkan sang pencipta tentu ada hikmah dan rahasianya. Kemarau bukan berarti identik terjadi kebakaran. Lalu musim hujan bukan berarti identik dengan banjir dan longsor. Keduanya memberikan manfaat positif bagi alam dan lingkungan, hanya saja manusia harus berperan sebagai penjaga keseimbangan alam.
Kita semua bertanggung jawab terhadap itu, kita juga berhak untuk mendapatkan manfaat dari alam, bahkan itu diatur dengan tegas dalam UUD. Tetapi kita tidak boleh semena mena dalam pengelolaan. Pemerintah dan penegak hukum harus tegas pada setiap tindakan yang dilakukan manusia akibat semena mena dalam eksploitasi alam. Mari kita jaga bersma sama kelestarian alam, paling tidak meminimalisir terjadinya bencana. (*)
Komentar