PARIAMAN, METRO – Pembunuhan di penghujung tahun menggegerkan warga warga Desa Toboh Palabah, Toboh, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman, Kamis (29/11) malam. Hj Zahimah Yakub (65), ditemukan bersimbah darah dengan luka tusuk dan luka lebam akibat benda tumpul. Tubuh korban tergeletak dan ditutupi dengan tumpukan kain di ruang makan.
Mayat korban ditemukan oleh suaminya Nurdin (63), yang baru pulang menunaikan shalat Isya, serta sang anak, Fadli (31), sekitar pukul 20.00 WIB. Ketika memasuki rumah, ayah dan anak ini curiga saat melihat isi rumah sudah acak-acakan. Sedangkan, Hj Zahimah tak ditemukan.
Berkali-kali dipanggil, namun tak ada sahutan dari pensiunan guru agama tersebut. Cemas dan khawatir membuat Fadli dan Nurdin mencari ke sekeliling rumah. Keduanya bahkan pergi ke sumur dan kolam ikan yang berada di bagian belakang rumah.
Hasilnya tetap nihil. Hj Zahimah tidak terlihat. Ketika akan memasuki rumah kembali, saat itulah anak korban tak sengaja melihat tumpukan kain di dekat ruang makan. “Saat ingin melangkah kesana, tiba-tiba saja kaki saya menginjak kaki ibu ditumpukan pakaain itu,” ungkap Fadli.
Saat itu juga, Fadli langsung terperanjat, dan membongkar tumpukan pakaian itu. Pemuda ini pucat dan histeris, ketika melihat tubuh ibu tercinta sudah bersimbah darah.
“Ada luka robek di leher ibu. Matanya bengkak dan di bagian perut penuh luka tusuk.
Menurut dokter di RSUD Pariaman, ada sekitar 30 luka tusik di perut ibu,” sebut Fadli yang nampak terpukul, ketika ditanya wartawan di ruang tunggu Instalansi Forensik RS Bhayangkara Polda Sumbar, Jumat (30/12).
Fadli menuturkan, ia tidak bisa menduga siapa pelaku yang membunuh ibunya. Namun, sebelum kejadian, ibunya pernah meminjamkan uang kepada keponakan ayahnya dan memegang surat tanah milik keponakannya itu sebagai jaminan.
“Saya tidak bisa menuduh siapa pelaku yang sudah membunuh ibu dengan keji. Yang aneh saja, hanya surat atau sertifikat tanah saja yang hilang. Padahal di dekat ibu ditemukan itu, ada barang-barang berharga lain seperti emas dan uang. Tetapi semua barang berharga itu tidak hilang,” tutur Fadli berharap, pembunuh ibunya bisa segera ditangkap dan dihukum.
Pria Berhelm Bertamu
Suasana haru terasa di ruang Forensik Instalansi RS Bhayangkara, kemarin. Korban diautopsi sejak pukul 04.00 WIB, setelah sebelumnya sempat dibawa ke RSUD Pariaman.
Selain Fadli, beberapa sanak saudara duduk menunggu di depan kamar jenazah menunggu jasad korban diautopsi. Isak tangis Fadli pecah. Ia nampak terpukul. Berkali-kali mengusap wajah dan kepala.
Ketika selesai dilakukan autopsi dan hendak dikafani, pihak keluarga dipersilahkan untuk melihat jasad korban.
Fadli mengatakan, sebelum kejadian, sekitar pukul 10.00 WIB, di hari yang sama, ada seseorang datang ke rumah orang tuanya yang berjarak sekitar 2 kilometer dengan rumah Fadli. Orang itu menggunakan helm dan hendak masuk ke rumahnya namun dicegat dan diusir oleh sang ibu.
“Saat itu ibu saya hanya sendiri di rumah. Orang itu memakai helm berpenutup dan mukanya tidak terlihat. Orang itu kemudian menanyakan kepada ibu, “ma mak etek” (suami korban).
“Karena tidak kenal, ibu bertanya sambil mengatakan, ’sia ang’. Namun, orang itu malah kembali bertanya dengan menyebut, ’ma anak mak’.
“Saat itu juga ibu mendorong orang itu ke luar rumah dan langsung mengunci pintu rumah,” kata Fadli.
Fadli menambahkan, setelah kejadian itu, ibunya menyampaikan tentang kedatangan pria berhelm yang menanyakan ayahnya tersebut. “Sejak siang itu saya sudah mulai khawatir dan bermaksud untuk mencari tahu siapa dia,” lanjut Fadli.
“Setelah mendengar informasi itu, sekitar jam 17.00 sore saya mengantar istri pergi baralek. Karena jaraknya jauh, saya pulang setelah Magrib ke rumah isteri, dan kemudian mandi dan langsung beristirahat. Tak lama setelah itu, saya menerima telpon dari saudara sepupu, bahwa rumah ibu sudah acak-acakan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala RS Bhayangkara Kompol dr. Tasrif, mengatakan korban dibawa dari Pariaman, dan penyidik yang dilengkapi surat peryataan pihak keluarga, meminta tim dokter untuk melakukan autopsi.
“Jasad korban dibawa ke sini untuk dilakukan autopsi. Terhadap jasad korban telah dilakukan otopsi dan selesai sekitar pukul 13.00 WIB. Setelah autopsi dilakukan kita menyerahkan jasad korban kepada pihak kelurga untuk dikebumikan. Untuk hasilnya kita masih menunggu laporan dari tim dokter,” kata Tasrif.
Motif Belum Diketahui
Sementara itu, kerabat korban, Syafinal yang juga sekretaris DPD Partai Golkar Kota Pariaman mengungkapkan, jika saudaranya pertama kali ditemukan oleh Nurdin (suami) usai pulang shalat dari masjid.
“Saat itu Nurdin baru pulang dari masjid. Sesampai di rumah, Nurdin menemukan rumah telah berantakan, seperti sudah diacak-acak perampok. Namun, istrinya tak ditemukan,” jelas Syafinal.
Syafinal mengaku, tidak tahu penyebab saudaranya itu dibunuh secara keji. Korban dikenal sebagai orang yang baik dan tak ada musuh.
Hingga kemarin, lokasi kejadian sudah dipasang police line. Aparat masih memburu para pelaku. Kapolres Pariaman AKBP Ricko Junaldi didampingi Wakapolres Kompol Nofriadi Zen, menyatakan, untuk proses penyelidikan korban diautopsi di RS Bayangkara Polda Sumbar.
“Kita saat ini belum dapat memastikan apa motif kasus dugaan pembunuhan ini. Tapi, korban saat ditemukan pertama kali penuh luka-luka di sekujur tubuhn. Keterangan dari saksi masih dikumpulkan untuk mengungkap motif perampokan dan pembunuhan ini,” tukas Kapolres. (rg/efa)
Komentar