3 Kapal Hancur Dihantam Gelombang Tinggi. 40 ABK Selamat

MENTAWAI, METRO – Diduga akibat dihantam gelombang tinggi saat cuaca ekstrem, kapal kargo KM Pono tenggelam di Perairan Pulau Dua Mata, Kecamatan Sipora Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Selasa malam (28/1) sekitar pukul 20.16 WIB. Beruntung, delapan orang yang berada di kapal berhasil ditemukan dalam kondisi selamat.
Kepala Kantor SAR Kelas B Mentawai, Akmal mengatakan, pihaknya menerima informasi kapal pengangkut barang ternggelam dari Eri (40) pada Rabu (29/1). Kapal diduga tenggelam karena dihantam gelombang laut yang tinggi dan menabrak karang.
“Semua sudah ditangani petugas, kapalnya menghantam karang yang tidak jauh dari pantai. Di dalam kapal selain memuat barang ada 8 orang yang semuanya tercatat sebagai ABK. Mereka dievakuasi ke Desa Beriulou. Semuanya selamat dan tidak ada korban jiwa. Sementara kapal yang mereka tumpangi pecah,” katanya.
Akmal menyebutkan, jarak kejadian dari dermaga Tuapejat dengan koordinat :2°22’50.40″S – 99°42’46.92″E. Untuk melakukan pertolongan, pihaknya menurunkan peralatan dalam operasi SAR diantaranya, RIB 02, Rescue Car, Peralatan Navigasi, Peralatan Komunikasi, dan Peralatan Evakuasi.
“Evakuasi dilakukan oleh SAR, kepolisian, kodim, Lanal, BPBD, Tagana, dan dibantu masyarakat sekitar. Evakuasi juga dibantu dengan kapal KM Harapan Bersama,” pungkas Akmal.
Sementara, di Pasaman Barat, Kapal KM Gasan 16 tenggelam di perairan Sasak, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) Selasa malam (28/1). Sebanyak 18 ABK terombang ambing di tengah lautan di atas perahu sukoci berukuran kecil hingga berhasil diselamatkan nelayan lain yang kebetulan melintas di lokasi.
Kordinator Badan Pencarian dan Pertolongan Pasaman Zulfahmi mengatakan, kapal tenggelam setelah dihantam badai di tengah laut,sejauh 14 mil dari daratan pantai sasak. Akibat insiden tersebut , dua orang dari sebanyak 18 awak kapal itu sempat hilang, namun sebelas jam pasca kejadian mereka ditemukan terombang ambing ditengah laut diatas sebuah sekoci.
“Peristiwa itu berawal dari, KM Gasan 16 dengan jumlah awak kapal sebanyak 18 orang sedang melaut, tiba-tiba hari hujan dan badai disertai angin kencang, lalu air laut masuk kedalam kapal itu,” ujarnya.
Kemudian, para awak kapal berupaya menghidupkan pompa air, namun pompa air kapal tidak bisa berjalan, sehingga dengan cepat kapal dipenuhi air laut lalu tenggelam. Para ABK berupaya menyelamatkan diri, selang tidak berapa lama, mereka diselamatkan oleh kapal nelayan yakni KM Waspada.
“Saat itu, hanya 16 awak kapal yang ditemukan, sementara dua awak kapal tidak ditemukan saat dilakukan penyelamatan oleh awak kapal KM Waspada. Keesokan harinya dua orang lagi berhasil ditemukan tak jauh dari lokasi tenggelamnya kapal dalam kondisi selamat,” ungkapnya.
Kapal Terdampar
Kapal KM Srijaya 07 asal Tiku, Kabupaten Agam terdampar di tepi Pantai Mangguang, Desa Mangguang, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman setelah dihantam badai dan gelombang tinggi, Rabu (29/1) sekitar pukul 03.00 WIB. Akibatnya, kapal pecah berkeping-keping.
Kapolres Pariaman AKBP Andry Kuriawan mengatakan, berdasarkan informasi yang dihimpun oleh anggota dari Pol Airud Polres Pariaman, kejadian berawal sekitar pukul 02.00 WIB, kapal sudah dihantam badai beserta gelombang tinggi bertepatan didepan halaman pulau kasiak, sekitar jam 02.30 WIB. Saat itu mesin kapal dalam keadaan mati.
“Kapal itu milik Yondrizal (41) warga Tiku, Kabupaten Agam, dimana kapal KM Srijaya 07 ini dinahkodai oleh Tamar (45) warga tiku dan 14 anak buah kapal (ABK) yang hendak mencari ikan di kawasan itu. Dalam kejadian ini beruntung tidak ada korban jiwa, namun untuk kerugian material berkisaran Rp300 juta,” ujarnya.
AKBP Andry Kuriawan menjelaskan, sebelum terdampar, nahkoda kapal memerintahkan untuk menurunkan jangkar. Karena gelombang tinggi dan kapal oleng sehingga air mulai masuk ke kapal. Sekitar pukul 03.00 WIB saat ABK sedang berupaya memperbaiki mesin kapal dengan harapan bisa beroperasi lagi, kapal itu kembali di hantam gelombang, sehingga terhempas sampai ke Pantai Mangguang, Kota Pariaman.
“Untuk menyelamatkan diri, para ABK mengikat sekitar 12 derigen untuk dijadikan sebagai pelampung, sehingga bisa selamat sampai di tepi. “Sekitar pukul 04.00 WIB, semua ABK sudah sampai di Pantai, dengan kondisi selamat, dan masyarakat baru mengetahui saat pagi,” jelasnya. (s/end/z)

Exit mobile version