Oleh: Reviandi
Pilkada serentak 9 Desember 2015 lalu mengisahkan cerita suram untuk sejumlah calon kepala daerah petahana atau incumbent di Sumbar. Tak sedikit yang harus “gulung karpet” rumah dinas karena dikalahkan calon lain. Namun, Pilkada 23 Desember 2020, juga terdengar kabar, mereka yang kalah itu akan bertarung kembali. Apakah alek lima tahunan kali ini akan menjadi ajang kembalinya para mantan? Kita lihat saja.
Dari 13 Kabupaten/Kota yang menggelar Pilkada, ada sejumlah mantan Bupati dan Wali Kota yang akan kembali bersaing merebut “singgasananya” yang hilang. Dari nama-nama itu, mantan Bupati Pasaman, Benny Utama dinilai paling berpeluang. Selain masih berkiprah sebagai anggota DPRD Sumbar Dapil Pasaman dan Pasbar (Sumbar IV), sang rival yang pernah dikalahkan dan mengalahkan, Yusuf Lubis tak bisa maju lagi. Dia sudah dua periode.
Benny awalnya disebut-sebut tak tertarik lagi maju, sehingga membuat pertarungan terbuka di Pasaman. Bahkan, sejumlah politisi muda sudah ancang-ancang “pulang kampung” untuk maju sebagai Bupati. Namun, saat Benny mendaftar di sejumlah partai politik, banyak yang surut kembali. Kader Golkar tulen itu dinilai terlalu tangguh untuk dikalahkan – bahkan oleh Wakil Bupati saat ini, Atos Pratama.
Calon lain yang berpotensi “nangkring” lagi sebagai Wali Kota adalah, Irzal Ilyas Dt Lawik Basa di Kota Solok. Kekalahan “telaknya” dari Zul Elfian 2015 sejatinya bisa ditebus tahun ini. Apalagi, Zul Elfian disebut-sebut tak ingin lagi menambah dua periode pengabdian di kota kecil itu. Sang Buya – sapaan Zul Elfian sudah menyatakan ingin “naik kelas”, kalau tak jadi Bupati Solok, ya Gubernur atau Wakil Gubernur Sumbar.
Pilkada periode lalu memang sedikit menyesakkan bagi Irzal Ilyas yang pada Pileg 2019 lalu terpilih sebagai anggota DPRD Sumbar dari Dapil Solok Raya (Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kota Solok). Ketua DPC Demokrat Kota Solok ini hanya bertengger di peringkat tiga, dari tiga peserta Pilkada. Namun periode ini peluangnya terbuka. Meski akan melawan Wakil Wali Kota Solok Reinier yang sudah menyatakan maju menjadi nomor satu.
Di Bukittinggi, kader Demokrat lainnya, Ismet Amzis masih belum memastikan langkah, akan kembali maju sebagai calon Wali Kota atau tidak. Apalagi, dia masih sangat “harmonis” dengan incumbent yang mengalahkannya 2015, Ramlan Nurmatias. Padahal, Ismet sangat diharapkan mampu mengalahkan Ramlan yang telah menunjuk calon wakilnya, Kadis Pertanian Bukittinggi, Syahrial Dt Palang Gagah. Ramlan memang seperti menjadi public enemy atau musuh bersama di kota jam Gadang itu. Bahkan, sedang digalang kekuatan besar untuk mengalahkannya.
Kekalahn Ismet Amzis di Pilwako Bukittinggi dulu memang tak disangka-sangka. Selain incumbent, dia juga memiliki “segalanya” untuk melangkah dua periode. Sayang, muncul “drama” menjegalnya di hari-hari terakhir pencalonan. Sebuah foto tak memihak padanya tersebar di kota seluas hanya 25,24 KM2 itu. Ramlan yang maju dari jalur perseorangan melenggang dan dilantik. Ismet maju di Pileg 2019 dan menjadi anggota DPRD Sumbar Dapil II (Bukittinggi dan Agam).
Di ujung Sumbar lainnya, Dharmasraya, nama Adi Gunawan digadang-gadang akan mengadakan rematch dengan Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Tokoh pemekaran Dharmasraya itu masih dianggap mumpuni dan punya basis yang cukup di Gunung Medan untuk menumbangkan Sutan Riska yang berasal dari Sungai Rumbai. Kini, kalau Adi Gunawan maju, 50:50 peluangnya menang.
Ya, Adi Gunawan seperti masih bimbang mau maju atau tidak. Bahkan, latar belakangnya yang diduga bukan putra asli daerah (PAD) Dharmasraya kembali digaungkan. Anggota DPRD Dharmasraya ini malah disebut akan maju sebagai calon Bupati Solok – pulang kampung istilahnya. Sepekan terakhir juga menggema, Adi Gunawan akan maju sebagai calon Gubernur mewakili Solok “Raya.” Padahal, peluangnya untuk kembali memimpin Dharmasraya masih besar.
Sebenarnya, epic comeback dalam Pilkada di Sumbar bukanlah hal yang baru. Seorang mantan kepala daerah yang kembali menang setelah dikalahkan lawannya juga terjadi di 2015. Seperti saat Yusuf Lubis kembali merebut kursi Bupati Pasaman dari Benny Utama yang mengalahkannya di Pilkada 2010 lalu. Skor keduanya saling mengalahkan cukup satu-satu, karena Benny kini tak perlu lagi melawan Yusuf Lubis.
Dua mantan yang kembali masuk rumah dinas Bupati adalah Bupati Solok Gusmal. Pada 2010, dia sempat dipentalkan oleh Wako Solok Syamsu Rahim yang pindah ke Kabupaten. Di 2015, dia kembali menang – meski baru keluar dari tahanan karena terjerat kasus korupsi. Namun, saat itu Syamsu Rahim tak lagi bertarung karena sudah dua periode di level yang sama.
Almarhum Bupati Pasbar Syahiran juga nama lain yang merebut kembali kekuasaan setelah direbut pesaingnya. Pilkada Pasbar 2010, Syahiran kalah dari mantan Bupati Pasaman, Baharuddin R. Tahun 2015, dia memenangkan kembali jabatan Bupati, meski tak lagi bersaing dengan “Inyiak” Bahar yang juga sudah dua kali menjabat.
Kini, Pasbar tak lagi seangker waktu masih ada rivalitas Baharuddin vs Syahiran. Bupati (PAW) Pasbar Yulianto dianggap belum terlalu tangguh dan tak membuat lawan gamang. Hal itu terlihat dari pendaftaran calon di partai politik yang sampai diikuti lebih dari 20 kandidat.
Nah, apapun itu, artinya kekuasaan yang didapat seseorang bukanlah hal yang mutlak dan harus dipegang dengan sungguh-sungguh. Ibarat kata, tak selamanya menang, namun saat kalah, masih ada waktu untuk meraihnya kembali. Paling tidak, bagi incumbent di Pilkada se-Sumbar 2020 ini, jadikanlah pelajaran untuk lebih baik lagi. Jangan sampai, harus menunggu lagi lima tahun untuk berkuasa. Karena 10 tahun secara berurutan sejatinya lebih baik. (wartawan utama)