RAMADHAN adalah bulan penuh kemuliaan yang sangat ditunggu kedatangannya. Bahkan para Sahabat Rasulullah SAW sudah besiap-siap menanti dan berharap tibanya Ramadhan menjelang 6 bulan atau sekitar bulan Rabi’ul Awwal) .
Sedangkan Rasulullah SAW mengajarkan kita dengan doa yang sangat khusus yang artinya: “Yaa Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”.
Doa ini menggambarkan keadaan kondisi jiwa yang “khauf” (khawatir) jika tidak dipertemukan dengan bulan Ramadhan di satu sisi, dan raja’ (berharap) berjumpa Ramadhan di sisi yang lain.
Lalu, amaliah apa saja yang mesti kita persiapkan secara paripurna untuk menyambut tamu agung itu dengan sebaik-baiknya. Pertama. Mengilmui Ramadhan. Ilmu adalah cahaya, sedangkan kebodohan itu adalah kegelapan. Mengilmui ramadhan maksudnya adalah mempelajari dan memahami seluk-beluk dan segala hal berkaitan dengan ibadah ramadhan, agar ramadhan kita menjadi lebih berkilau dengan cahaya keberkahan dan terhindar dari gelap-gulita karena kekosongan dan kehampaan nilai-nilai keutamaan amaliah Ramadhan itu sendiri.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menyambut bulan suci penuh berkah ini dengan kembali mempelajari makna dan hakikat ramadhan, keutamaan dan kemuliaan ramadhan, fiqih dan keutamaan puasa serta fiqih dan keutamaan ibadah utama di bulan ramadhan, seperti tilawah quran, tarawih dan qiyamullail, infaq dan sedekah, itikaf serta termasuk fiqih zakat di dalamnya.
Dan termasuk ke dalam bagian mengilmui ramadhan adalah kita membuat perencanaan dan penataan target serta fokus amal-ibadah khusus (pilihan) yang ingin ditingkatkan dan dioptimalkan selama bulan ramadhan. Pada saat bersamaan, kita juga dituntut dan berupaya sungguh-sungguh untuk meminimalisir potensi dosa dan maksiat yang akan membatalkan puasa dan sekaligus menghapus pahala puasanya.
Seterusnya, termasuk ke dalam mengilmui Ramadhan adalah mempersiapkan raga jasmani agar tetap sehat dan bugar. Baik sebelum ramadhan, saat ramadhan maupun sesudah ramadhan. Sehingga terhindar dari berbagai bentuk penyakit dan rasa sakit yang mungkin akan datang mendera.
Kedua, memperbanyak amal shalih. Artinya melakukan atau mengerjakan sebanyak-banyaknya amal-ibadah sunnah selama bulan rajab dan sya’ban. Tentunya setelah amal-ibadah yang wajib terpenuhi. Pada saat yang bersamaan, ada azzam dan komitmen kejiwaaan yang kuat untuk meninggalkan dan menanggalkan segala bentuk amalan buruk dan amalan salah (keji dan munkar).