BISNIS rumahan berupa camilan atau makanan ringan kerap dijadikan usaha sampingan ibu rumah tangga. Ternyata bila dijalankan serius, hasilnya bisa menjadi luar biasa dengan omzet menjanjikan dan penompang perekonomian keluarga.
Hal tersebut dilakoni salah satu pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Yusneti bersama suami, Saryono. Sudah dua tahun terakhir pasangan suami istri ini menjalankan usaha makanan ringan yaitu kue bawang, di Bukik Ngalau, Kelurahan Batugadang, Kecamatan Lubuk Kilangan. Usaha kue bawangnya diberi nama “Tiga Saudara”.
Awalnya Neti, panggilan ibu tiga anak ini, adalah seorang pekerja di usaha kerupuk bawang “Azizah” di Batugadang, Lubuk Kilangan. Ia bekerja di bagian penggorengan sejak tahun 2009 hingga 2022.
Namun, di tahun 2022 Neti hamil anak ketiga. Setelah melahirkan, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan yang sudah dilakoninya cukup lama tersebut.
Keputusan berhenti itu berat dilakukan. Namun, terpaksa dilakukan karena anak bayinya butuh perhatian ekstra dari dirinya.
Setelah berhenti bekerja, wanita asal Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan ini, memutuskan untuk merinstis usaha sendiri. Memiliki basic di usaha kue bawang “Azizah”, ia pun mencoba mandiri dengan membuka usaha sendiri, yakni membuat kue bawang. Seperti yang sudah dikerjakan selama ia bekerja di usaha kerupuk “Azizah”.
“Saat itu, anak bayi saya sudah berumur 8 bulan. Awal merintis usaha sendiri di tahun 2022, saya membuat kue bawang kemasan kecil-kecil, dijual Rp1.000 ke warung-warung dekat rumah. Alhamdulillah, responnya sangat baik. Semuanya laris manis. Pemilik warung dan pembeli menyebut, jika kue bawangnya enak,” ungkap Neti, saat berbincang dengan POSMETRO.
Karena kue bawang yang dibuat mendapat respons positif, Neti pun menjadi semangat untuk membuat camilan jadul ini. Ia pun meningkatkan pembuatan kue bawang dan meluaskan jangkauan warung-warung tempat penitipan jualannya.
“Saya dan suami menitipkan ke warung-warung di sepanjang jalan raya Indarung hingga Bypass-Lubeg. Saya putuskan untuk fokus menjalankan usaha kue bawang saja sembari mengasuh anak di rumah,” ujar wanita kelahiran 1 Juli 1986 ini.
“Awalnya hanya 5 kedai, kemudian bertambah lagi menjadi 15 kedai. Semuanya di dekat rumah saja, dan di jalan raya Indarung,” cerita Neti.
Namun, dengan respon yang sangat baik, Neti pun membuat kue bawang dengan kemasan 22 gram dan dijual Rp10.000. Ia pun meletakkan kue bawang itu hingga ke jalan raya Indarung Bypass-Lubeg.
Kini, produksi kue bawang Neti dengan merek “Tiga Keluarga” ini bisa menghabiskan 25 kilogram tepung sehari, atau memproduksi hingga 1.000 bungkus kue bawang.
“Di awal usaha dulu, saya memasukkan sekitar 20-25 bungkus kue bawang dalam rentang waktu 15 hari. Alhamdulillah, respon dari semua kedai dan warung yang saya titipkan bagus. Semua laris dan terjual,” imbuh Neti.
Setelah setahun usaha dirintis, Neti pun terus mengembangkan dan melebarkan sayap usaha produksi kue bawang miliknya. Jika di awal, ia hanya menitipkan kue bawang ke kedai-kedai kecil, sekarang kue bawang yang sudah memiliki PRT Dan kode Halal tersebut, dimasukkan ke swalayan, minimarket dan toko oleh-oleh.
Kue Bawang “Tiga Saudara” milik Neti ini memiliki varian lainnya, seperti, Stik Kentang Bawang Pedas, Kerupuk Kentang Bawang Pedas, Stik Ubi Kuning, Kerupuk Ubi Kuning dan Kerupuk Ubi Bawang Pedas. Dalam proses pembuatannya hampir sama dengan kue bawang pada umumnya.