SIJUNJUNG, METRO – Pembobolan Lapas Klas II B Muaro Sijunjung sudah dirancang oleh belasan napi selama satu minggu. Para napi juga membuat senjata tajam rakitan pisau yang sudah dimodifikasi dan bisa dipakai untuk melukai para sipir yang akan menghalangi niat mereka untuk melarikan diri.
Hal itu diungkap otak pembobolan napi, Nasrul Efendi (42), yang berhasil ditangkap aparat Polres Sijunjung. Narapidana ini mengaku, rencana sudah disusun rapi satu minggu sebelumnya pembobolan dilakukan Minggu (17/9). Mereka melakukan pengamatan dan mempelajari situasi serta sistem keamanan Lapas. Kemudian mereka menjalankan aksinya sewaktu kondisi Lapas sedang sepi.
”Hasil interogasi dari salah satu otak pelaku pembobolan adalah, mereka sudah merancang rencana tersebut selama satu pekan. Akhirnya, Minggu (17/9) sekitar pukul 15.00 WIB mereka menjalankan aksi itu,” ungkap Wakapolres Sijunjung Kompol H Siregar didampingi Kabag Ops Kompol Didik Pujianto, Senin (18/9).
Sampai kemarin, pencarian 12 narapidana yang kabur dengan mengancam petugas dengan senjata tajam serta menusuk sipir hingga cedera masih berlanjut. Dari 12 napi, 6 orang ditangkap di lokasi berbeda, sedangkan 6 lainnya masih dalam pengejaran petugas (buron).
Untuk mengamankan situasi Lapas, Polres Sijunjung berkoordinasi dengan TNI. Polri dan TNI juga melakukan pencarian hingga malam hari. Penggeledahan juga dilakukan di dalam kamar dan sejumlah ruangan Lapas untuk mengantisipasi barang-barang berbahaya yang dimiliki narapidana.
Pada malam harinya petugas juga kembali mengamankan tiga napi lainnya. Penangkapan dilakukan Senin (18/9) sekitar pukul 01.00 dini hari di sekitar Pasar Gambok, Muaro Sijunjung, berjarak sekitar 5 km dari Lapas.
Wakapolres menjelaskan, barang bukti pisau terbuat dari gunting yang dimodifikasi narapidana untuk melukai petugas Lapas Dony (38) berhasil diamankan. Selain itu, petugas juga menyita HP, sandal serta sendok yang dimodifikasi menjadi pisau.
Dijelaskan, enam napi yang berhasil ditangkap adalah Eki Nofriana (25), Junaidi (44), Risman Saogok (46), Ardianto (30) Randi Derion (27) dan Nasrul Efendi (42). Rata-rata napi ini divonis di atas 5 tahun tersangkut kasus narkoba. (lihat grafis)
”Enam lainnya masih diburu. Diduga mereka yang belum tertangkap masih berada di sekitar daerah Muaro Sijunjung,” tambah Kompol H Siregar.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Muaro Sijunjung Marten, mengatakan kondisi Lapas sudah melebihi kapasitas. Saat ini 309 napi menghuni Lapas. Idealnya, hanya untuk 105 orang napi. Begitu juga dengan jumlah petugas, masih kurang.
”Saat kejadian petugas yang menjaga pintu diancam dengan pisau, satu orang petugas terkena luka tusuk dan napi mengambil kunci serta hanphone petugas yang terluka. Namun, setelah mereka kabur, salah seorang petugas masih sempat mengunci pintu lapas sehingga napi lainnya tidak bisa melarikan diri dan bisa dicegah,” tutur Marten, Senin (18/9).
Ia juga mengatakan, dalam segi pengawasan pihaknya akan lebih memperketat pengamanan. Pihak Lapas meminta bantuan personel Polres Sijunjung untuk menjaga di kawasan Lapas. “Sekarang, situasi Lapas mulai kondusif. Untuk jadwal kunjungan tetap dibuka seperti hari biasa, tanpa ada perubahan,” tambahnya.
Kemenkumham Perketat Pengamanan
Kepala Kanwil Kemenkum dan HAM Sumbar Dwi Prasetyo Santoso, mengatakan setelah menerima informasi kaburnya napi, Kemenkum HAM menurunkan lima petugas dari Balai Pemasyarakatan (Bapas) Bukittinggi ke Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Muaro Sijunjung.
”Saat ini sudah 11 orang petugas melakukan pengawasan di Lapas Muaro Sijunjung. Dari 11 petugas itu, dibagi menjadi tiga regu dan masing-masing regu terdiri dari tiga orang. Sementara dua lagi, ditugaskan untuk menjaga pintu Lapas,” kata Dwi.
Pada saat kabur, para tahanan telah menghafal gerak-gerik petugas, mengingat kurangnya penjagaaan pada saat itu. Kemudian, 12 napi berhasil melarikan diri dengan diperbantukan pisau yang dijadikan napi untuk mengancam petugas. Pisau tersebut kuat dugaan adalah pisau dapur Lapas.
”Saat pembagian makan pintu akan dibuka semua, dari situ mereka memanfaatkan celah dan kesempatan yang ada, kemudian menodongkan pisau yang diperkirakan telah disembunyikan sejak awal,” kata Dwi.
Melihat peristiwa tersebut, pihak Kanwil Kemenkumham Sumbar untuk sementara menyimpulkan, kaburnya narapidana tersebut memang telah direncanakan sejak awal. Para napi yang sebagian besar adalah pindahan dari Lapas lain, melarikan diri dengan menghadang petugas dan menodongkan sebilah pisau. (e/b)