PADANG, METRO – Tangisan Yesi (37) pecah, ketika melihat tubuh suaminya sudah tak bernyawa dan dimasukkan ke dalam kantong mayat milik Basarnas, Kamis (29/6) siang. Di sampingnya, isak tangis serupa mengalir dari pipi anak perempuannya yang melihat ayahnya yang pergi dalam keadaaan sehat, namun pulang hanya tinggal nama.
Aciak (47), suami Yesi ditemukan nelayan dan anak bagan mengapung di Muaro Anai, Pasia nan Tigo, Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, sekitar pukul 14.30 WIB. Tubuhnya mengambang, dan mulutnya mengeluarkan cairan atau berbui.
Yesi menyebut, sebelum ditemukan mengambang di Muaro Anai, ia bersama suami dan anak perempuannya mendatangi muara untuk mencari lokan. Namun belum sempat mencari, suaminya menyuruh pulang ke rumah bersama anak perempuannya.
”Awalnya kami sama-sama mencari lokan. Tiba-tiba saja, suami saya menyuruh pulang. Sesampai di rumah, sekitar 30 menit, saya mendapat telpon dari warga bahwa suaminya ditemukan meninggal dunia,” ungkap Yesi dengan raut wajah sedih.
Tak pernah terbayang oleh Yesi jika suaminya akan pergi untuk selamanya. Apalagi niat mereka mencari lokan untuk menyambut kedatangan anaknya yang akan pulang kampung dari Jakarta. Sang anak berpesan untuk dibuatkan lokan.
”Anak saya kalau pulang kampung selalu saya masakkan lokan. Anak saya menelepon, katanya mau pulang dari Jakarta, dan meminta untuk memasak lokan. Makanya kami mencari lokan di sana,” tutur Yesi, yang akan menunggu kedatangan anaknya dari Jakarta ini. Tapi, rencana suami istri ini harus dikubur dalam-dalam.
Sementara itu, menurut nelayan yang menemukan sosok tubuh Aciak, Anton (35), mengaku melihat tubuh mengambang di muaro. Saat itu, Anton sedang memperbaiki bagan dan melihat mayat laki-laki dewasa mengapung di air. Kaget dengann penemuan itu, Anton langaung memberitahukan kepada sesama anah buka kapal (ABK) atau anak bagan.
“Kami langsung mengangkat korban ke atas bagan dan membawanya ke tepi muara. Saat ditemukan mulutnya berbui, dan kulit sudah pucat. Korban juga masih mengenakan pakaian celana pendek warna hitam dan kaos berwarna putih,” kata Anton.
Setelah berada di tepi muaro, Anton bersama rekan-rekannya mengenali sosok korban, warga RT 003 RW 009 Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Kototangah ini. Sebelum memanggil aparat kepolisian, nelayan ini langsung mengabari istri korban.
Tak lama berselang, petugaa Polsek Kototangah bersama Basarnas tiba di lokasi dan kemudian dilakukan pemeriksaan serta memintai keterangan saksi-saksi. Jasad korban dibawa ke Puskemas Lubukbuaya untuk dilakukan visum luar.
Kapolsek Kototangah Kompol Arsyal mengatakan setelah mendapatkan informasi adanya penemuan mayat di Muaro itu, pihaknya langsung mendatangi lokasi untuk melakukan identifikasi. “Korban ditemukan warga sudah mengambang dan meninggal dunia. Mulut korban berbui dan diduga korban tenggelam saat sedang mencari lokan di muara itu. Pada tubuh korban juga tidak ada ditemukan tanda-tanda luka aniaya,” kata Kompol Arsyal.
Kompol Arsyal menambahkan setelah ditemukan, korban dibawa ke Puskesmas dan atas permintaan keluarga, tidak dilakukan visum luar. “Keluarga membuat surat pernyataan menolak dilakukan autopsi, dan hanya meminta untuk dilakukan visum luar,” pungkasnya. (rg)