LIMAPULUH KOTA, METRO – Masyarakat Nagari Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota terdampak banjir sudah kembali ke rumah sejak Sabtu (4/3) sore. Kini masyarakat sibuk membersihkan material pascabanjir seperti lumpur, kerikil dan kayu dalam rumah dan pekarangan tempat tinggal.
Wali Nagari Pangkalan Diswanto, menyebut sedikitnya ada 6.758 jiwa dengan 2.117 kepala kelurga (KK) terdampak banjir yang tersebar di 10 Jorong dalam Nagari Pangkalan. Seperti, Jorong Sopang ada 290 KK, Pauh Anok 307 KK, Tigo Balai 265 KK, Pasar Usang 256 KK, Pasar Baru 100 KK, Lakuak Gadang 281 KK, Lubuak Nago 220 KK, Lubuak Tabuan 12 KK, Koto Panjang 226 KK, Banjarona 160 KK, dan Jorong Kampuang Baru terisolasi akibat akses jalan kabupaten putus.
“Masyarakat sudah membersihkan rumah dari lumpur. Kemudian masyarakat kita butuh makanan siap saji dan air bersih. Sampai kini air bersih minim, karena aliran PDAM putus, dan air bersih dibagi kepada masyarakat melalui tengki kenderaan,” sebut wali nagari, berharap agar masyarakat bisa kembali pulih dari trauma banjir.
Disebutkannya, sampai saat Pangkalan masih gelap gulita ketika malam. Kemudian masyarakat terdampak banjir hanya menggunakan lilin dan lampu sumbu sebagai alat penerang. Begitu juga dengan akses komunikasi juga putus, sehingga masyarakat masih terisolasi dari penerangan dan sinyal handphone.
Bantuan disampaikan Diswanto, terus berdatangan baik berupa beras, sembako, pakayan dan obat-obatan. Sudah didistribusikan kepada masyarakat. Dia berharap, agar pemerintah bisa memulihkan kembali keadaan perekonomian masyarakat Nagari Pangkalan beserta infrastruktur jalan, jembatan dan fasilitas umum seperti sekolah, rumah ibadah, instansi pemerintah seperti kantor Polsek, Kacapjari Pangkalan dan Puskesmas.
“Sekarang (Minggu-Red) sudah didirikan dapur umum di Pangkalan. Semoga saja masyarakat terdampak banjir tidak lagi kekurangan makanan siap saji dan air bersih. Kalau untuk obat-obatan juga sudah ada posko di Pangkalan, jadi masyarakat yang terdampak banjir bisa memeriksakan diri keposko itu,” harap wali nagari.
Dia juga meminta agar Pemerintah bisa membuatkan tempat tinggal bagi korban banjir yang rumahnya hancur diterjang air. Kemudian untuk rumah-rumah yang mengalami kerusakan, Diswanto juga berharap Pemerintah bisa mengalokasikan bantuan-bantuan seperti bedah rumah, rehap rumah dan pembangunan rumah layak huni.
Diswanto menyebut, pemulihan ekonomi warga sangat urgen untuk dilakukan dengan cepat. Mengingat, sawah ladang dan ternak milik masyarakat sudah dipastikan gagal panen dan mati. Sedikitnya ada 150 hektare sawah masyarakat sudah ditanami dipastikan gagal panen.
Tokoh masyarakat Pangkalan Sudirman Oncu, berharap kondisi bencana banjir kembali pulih secepatnya. Dan saat ini bantuan di Posko Kecamatan Pangkalan terus berdatangan dan lansung didistribusikan kepada masyarakat terdampak banjir.
“Bantuan terus datang, dan memang makanan siap saji dan air bersih sangat dibutuhkan masyarakat. Kemudian listrik memang belum menyala, dan kita berharap kerja keras PLN memulihkan jaringan listrik bisa cepat selesai dan Pangkalan bisa terang kembali,” sebutnya berharap.
Pembalakan Liar
Wali Nagari Diswanto, tidak menampik jika akibat pembalakan liar hutan di Kecamatan Pangkalan menjadi salah satu pemicu terjadinya banjir besar sejak dua tahun terakhir. Kemudian penambangan dan galian c dengan cara diledakkan juga memicu terjadinya longsor dan keretakan tanah.
“Pembalakan liar itu salah satu penyebab banjir. Kalau penambangan dan galian c untuk banjir mungkin tidak, tetapi untuk longsor dan jalan terban mungkin ia,” terang wali nagari.
Disampaikannya, tidak ada jalan lain untuk meminimalisir bencana banjir yang terus berulang dengan kondisi besar dan dahsyat seperti Februari tahun 2016 dan wal Maret 2017 ini, kecuali normalisasi sungai batang Mahat. Kemudian juga pihak PLN di PLTA Koto Panjang jika hari hujan membuka pintu waduk sehingga air tidak menggenang yang mengakibatkan banjir.
Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, akan mengevaluasi terkait aktivitas tambang dan galian C yang ada di Kecamatan Pangkalan. Bila tidak memiliki izin dan mengganggu kepada lingkungan alam sekitar dan masyarakat banyak Pemerintah akan menertibkan.
“Kita lihat izinnya, bila tidak ada dan usahanya berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat banyak kita akan tertibkan. Ini tentu saya akan evaluasi, kemudian juga kita akan menindak pelaku ilegal loging agar tidak membahayakan bagi ekosistem dan alam yang bermuara kepada bencana seperti banjir dan longsor,” sebutnya.
Evakuasi Terus Dilakukan
Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi menyebut, seluruh kendaraan yang terjebak longsor sejak Jumat (3/3) pagi sudah berhasil dievakuasi untuk kembali ke tempat masing-masing pada hari Sabtu (4/3) siang. Sebelumnya evakusi terhambat karena terhalang tanah longsor yang menimbun jalan.
Korban jiwa yang terjebak di dalam kendaraan yang tertimbun longsor sudah mencapai lima orang dan korban luka berat dua orang. Kelima korban meninggal, Doni Fernandes (31) dan Karudin (25) asal Padangpariaman, Teja (19) dan Yogi Saputra (23) asal Lintau Buo, dan Mukhlis (45) asal Pangkalan. Sedangkan korban luka berat Syamsul Bahri (22) dan Candra (44) asal Padangpariaman.
Belum diperoleh informasi apakah masih ada korban yang terjebak di dalam kendaraan yang tertimbun longsor tersebut. Namun, pencarian korban masih terus dilakukan tim penyelamat. Pengakuan warga di lapangan, jumlah mobil yang dihantam longsor terjun masuk jurang sedalam sekitar seratus meter itu berjumlah sembilan unit.
Menurut Irfendi, akibat hujan lebat sepanjang hari Kamis sampai Jumat (2-3/3) itu, sedikitnya ada 64 titik longsor di sepanjang jalan Negara Sumbar-Riau di ruas Kecamatan Pangkalan . Longsor terparah terjadi di kilometer 23 Nagari Koto Alam yang membuat sekitar sembilan unit mobil terjun dan tertimbun di dasar jurang berkedalaman sekitar seratus meter. (us)