PAYAKUMBUH, METRO – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) makin meluas di Kota Payakumbuh. Sejak Januari 2017, sudah enam orang dirawat di RSUD dr Adnan WD Payakumbuh. Satu orang balita bahkan meninggal dunia akibat terjangkit penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti.
Data sementara, wabah DBD sudah menyerang lima kecamatan. Sementara, balita bernama Alika (3) anak dari pasangan suami istri, Wid dan Riko, warga Kelurahan Nunang Daya Bangun, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh meninggal dunia Jumat (3/1) itu.
”Dari diagnosa dokter, Alika mengalami demam tinggi dan terjangkit DBD. Alika meninggal saat menjalani perawatan di RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh dan sempat dirujuk ke Padang,” ungkap Lurah Nunang, Daya Bangun, Manzil didampingi Ketua LPM Moris, Kamis (9/2).
Diakui Manzil dan Moris, selain satu balita meninggal dunia, 6 orang lainnya sampai kini masih menjalani perawatan di rumah sakit akibat tertular DBD. Untuk mengatasi makin meluasnya DBD di Kelurahan Nunang,, Daya Bangun, petugas Dinas Kesehatan telah melakukan fogging atau pengasapan, Kamis (9/2).
Kepala Dinas Kesehatan Payakumbuh Elzadaswarman, mengakui bahwa 5 dari 6 kecamatan di Kota Payakumbuh sudah terjangkit DBD. “Hanya wilayah Kecamatan Payakumbuh Selatan yang belum terserang nyamuk aedes aegypti itu,” ungkap Elzadaswarman.
Dikatakan, untuk memusnahkan berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, Dinas Kesehatan sudah melakukan pengasapan di Kelurahan Nunang Daya Bangun, termasuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk membersihan lingkungan.
”Melalui pertugas di Pukesmas, Puskeskel dan Pustu kita sudah memberikan penyuluhan dan imbauan kepada masyarakat untuk membersihkan lingkungan untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus, yakni mengubur, menutup, dan menguras penampungan air yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti yang merupakan sumber utama penularan demam berdarah,” pungkas Elzadaswarman.
Dia juga menyebut, jika perkembangbiakan nyamuk DBD tidak sama dengan nyamuk biasa. Untuk itu, ditempat-tempat air jernis seperti bak mandi, botol air mineral bekas, dan ban mobil bekas, serta tempat penampuangan air menjadi tempat favorit berkembang nyamuk. Begitu juga untuk tidurnya Nyamuk DBD, dimana di celana tergantung dalam rumah.
”Kita mengimbau masyarakat untuk menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Karena nyamuk DBD berkembang biak di tempat-tempat jernih, kemudian malam hinggap di baju dan celana serta kain-kain tergantung dalam rumah,” jelasnya.
Terkait adanya warga yang meninggal dan 6 orang dirawat serta lima daerah terjangkit, Dinkes belum menetapkan Kondisi Luar Biasa (KLB) untuk DBD di Payakumbuh. ”Sifatnya lokal, dan kita tidak menetapkan KLB, jadi kita hanya melakukan pencegahan dengan fogging di daerah rawan tempat berkembang biak nyamuk DBD,” sebut Elzadaswarman. (us)