SOLOK, METRO–Wakil Wali Kota Solok, Ramadhani mengatakan prevalensi stunting selama 10 tahun terakhir menunjukkan belum adanya perubahan yang signifikan. Dan ini menunjukkan bahwa masalah stunting perlu ditangani segera. Dikatakan Ramadhani, dari Hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukkan 21,6 persen atau sekitar 7 juta balita menderita stunting. Stunting dengan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak.
Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, lanjutnya stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.
”Dari data, angka stunting di Sumatera Barat mencapai 25,2 persen dan di Kota Solok sendiri, prevalensi stunting berdasarkan SSGI di tahun 2021 sebesar 18,5 persen dan tahun 2022 sebesar 18,1 persen,” aku Ramadhani.
Masalah gizi lain kata Ramadhani terkait dengan stunting berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia pada ibu hamil (48,9 persen), Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (6,2 persen), balita kurus atau wasting (10,2 persen) dan anemia pada balita. Bapak/ Ibu yang Kami Hormati.
”Dalam rangka mencegah stunting, Kemenkes membangun 5 Gerakan Cegah Stunting. Gerakan yang dilaksanakan bersama masyarakat oleh mitra, private sector, civil society organizations, universitas, mahasiswa, dan lainnya, untuk meningkatkan pengetahuan, cakupan layanan dan pemberdayaan masyarakat,” paparnya.
Dia juga mengajak Kepada seluruh OPD untuk melakukan aksi cegah stunting yang dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Salah satunya dengan perbaiki stunting sebelum usia 2 tahun, berikan ASI pada bayi, perbaiki masalah menyusui, berikan olahan protein hewani pada MPASI, imunisasi rutin, memantau tumbuh kembang anak, perilaku hidup bersih dan sehat dan memakai jamban sehat dan juga dimulai dari anak usia sekolah dan remaja.
”Kami harapkan di OPD masing masing bisa melakukan kegiatan yang bermuara kepada pengentasan kemiskinan dan cegah stunting di Kota Solok” ujarnya. (vko)