Secara peta kekuatan, Ganjar hanya didukung oleh dua partai parlemen yaitu PDIP dan PPP, sisanya partai-partai non-parlemen. Prabowo lebih banyak mengoleksi dukungan, baik dari parlemen (Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat) maupun partai baru dan non-parlemen.
“Di atas kertas, kekuatan dukungan Prabowo lebih unggul, dari sisi dukungan partai-partai dan elektabilitas yang lebih tinggi,” Andreas menjelaskan.
Sebaliknya, Ganjar yang diusung oleh PDIP, satu-satunya partai yang bisa mengajukan capres-cawapres tanpa harus berkoalisi, tentu juga sulit mengalah supaya bersedia menjadi cawapres bagi Prabowo.
“Apakah dua kekuatan yang sama-sama berebut dukungan Jokowi itu bersedia menurunkan ego masing-masing dan menegosiasikan posisi capres-cawapres demi tujuan yang lebih besar, yaitu keberlanjutan arah pembangunan, sangat ditunggu oleh publik,” tegas Andreas.
Di luar posisi tiga besar, sejumlah nama bersaing memperebutkan tiket cawapres bagi koalisi yang belum menentukan figur pendamping capres. Di antaranya, Ridwan Kamil (5,3%), Puan Maharani (4,4%), dan Agus Harimurti Yudhoyono (4,1%). Berikutnya ada Erick Thohir (3,6%) dan Sandiaga Uno (3,2%), lalu ada pula Khofifah Indar Parawansa (1,6%), Gibran Rakabuming Raka (1,5%), dan Airlangga Hartarto (1,2%).
“Nama ketiganya pun beredar sebagai figur cawapres, meskipun Gibran masih tersandung syarat usia pencalonan,” kata Andreas. Survei dilakukan pada 11-17 September 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89% dan pada tingkat kepercayaan 95%. (jpg)
















