“Karena kita mengetahui bahwa PKB sejatinya adalah partai pendukung pemerintah yang sebagian besar atau 63 persen pemilihnya justru mendukung Ganjar Pranowo. Merujuk ke data tersebut, Sebagian besar pendukung PKB sepertinya tidak sejalan dengan ide perubahan yang diusung Anies,” tuturnya.
Dari data survei terbaru Ipsos, pemilih PKB hanya 6% ke Anies Baswedan dan 31% ke Prabowo Subianto.
Skenario apabila Anies Baswedan tidak bisa maju sebagai Capres masih bisa terjadi mengingat Partai Demokrat yang masih belum menentukan pilihan koalisi pasca keluarnya dari Koalisi Perubahan.
Dalam wacana pasca deklarasi Anies-Muhaimin, terdapat suara yang menginginkan pasangan Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudoyono sebagai poros baru pasangan Capres-CawaPres. Namun pasangan ini masih menyisakan tantangan.
“Sebab potensi suara Sandiaga Uno dan Agus Harimurti masih di angka 9 persen, selesih jauh dibandingkan Ganjar PranowoMahfud MD sebesar 39 persen dan Prabowo SubiantoErick Thohir 36 persen dan yang tidak menjawab terdapat 16 persen,” kata Arif Nurul Imam.
Selain itu, untuk mewujudkan skenario Sandiaga Uno-AHY terjadi perlu dukungan partai sebesar 20% minimal.
Sejauh ini, apabila Partai Demokrat dan PPP Bersatu, jumlah kursi keduanya baru mencapai 73 kursi parlemen.
“Akankah ada partai yang mau menambahkan kursi tersebut sehingga tercapai tresehold untuk mendaftar sebagai pasangan?” pungkasnya.
Untuk diketahui, Ipsos merupakan Lembaga riset yang sangat berpengalaman di dunia global. Lembaga yang berkantor pusat di Perancis ini beroperasi di 90 negara selain dikenal melakukan riset pasar, juga melakukan riset sosial politik, termasuk di Indonesia.
Ipsos Indonesia merupakan anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) dan Association for Global Research Agency Worldwide (ESOMAR World Research). (jpnn)
















