LIMAPULUH KOTA, METRO–Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dibeberapa Kota di Sumatera Barat dan Provinsi tetangga seperti Kota Pekanbaru, Riau, berdampak kepada menurunnya jumlah kunjungan wisatawan lokal dan regional keberbagai objekwsiata di Kabupaten Lima Puluh Kota, seperti Harau dan Kapalo Banda.
Founder Wakanda dan Penggiat Wisata Sumatera Barat, Yahdi, membenarkan sejak diberlakukannya PPKM level 3 dibeberapa Kota di Sumbar, jumlah kunjungan keobjeksiwata Kapalo Banda di Taram, Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, berkurang 20-30 persen. “Memang sejak PPKM diberlakukan dan dampaknya berkurang pengunjung 20-30 persen,” sebut Yahdi melalui pesan WA ketika ditanya wartawan.
Menurunnya jumlah kunjungan keobjekwisata Kapalo Banda, dimamfatkan oleh para penggiat wisata setempat untuk berbenah dan mempercantik objekwisata dengan melahirkan inovasi dan spot-spot baru. Selain itu, juga terus gencar mempromosikan objekwisata Kapalo Banda melalui media sosial dan web site. “Penurunan kunjungan dimamfaatkan oleh kawan-kawan pemuda penggiat wisata Kapalo Banda untuk berinovasi. Seperti peningkatan pemasaran di media. Contoh sosmed dan penyempurnaan web site. Kemudian juga melahirkan spot baru. Memperbaharui spot yang lama. Terus juga peningkatan ekraf. Di ekraf kita tambah Satu lagi galery pemasarannya,” ungkap Yahdi.
Berbagai inovasi baru yang dilahirkan penggiat wisata Kapalo Banda, diyakini akan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal dan regional untuk datang berkunjung. Terutama setelah PPKM selesai dan kasus covid-19 mulai berkurang.
Camat Harau, Andri Yasmen, memuji inovasi dan kreativitas penggiat wisata di Kecamatan Harau tidak terkecuali Kapalo Banda yang sudah terkenal hingga mancanegara. Dengan adanta PPKM juga berpengaruh terhadap jumlah kunjungan yang datang.
“Objekwisata buka dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Dan memang jumlah kunjungan terutama keobjekwisata Kapalo Banda, Taram menurun 20-30 persen. Karena kunjungan kita yang banyak itu datang dari daerah yang terkena PPKM seperti Padang dan Riau,” ungkap Camat.
Meski mengalami penurunan, para penggiat wisata setempat tidak kehilangan inovasi, justru waktu kunjungan menurun dimamfaatkan untuk berbenah dan melahirkan inovasi baru yang tidak kala menariknya. “Tapi saat pengunjung sepi kita berbenah, memperbaiki dan melahirkan inovasi baru. Mulai pengautan kelembagaan, spot-spot poto baru, girai marcindais.
Hebatnya juga memberdayakan pemuda-pemuda yang putus sekolah. Mulai dari inovasi sampai promosi melalui youtup dan media sosial lainnya juga dilakukan,” ungkap Camat berprestasi itu.
Selain objekwisata yang sudah terkenal seperti Kapalo Banda, Camat Harau Andri Yasmen juga terus mendorong nagari-nagari di Kecamatan Harau untuk menggali postensi wisata yang ada di Nagari untuk dapat dikembangkan oleh Pokdarwis bekerjasama dengan BUMNag yang ada.
“Pokdarwis bekerjasama dengan BUMNag yang beegerak dibidang pariwisata ada di Taram, Harau, Lubuak Batingkok dengan gunung bungsu dimana view dan pemandangannya sangat indah. Kita dari 11 nagari juga terus berupayakan untuk mendrikan BUMNag guna menggali potensi nagari, apakah dibidang pariwisata, ekonomi kreatif, usaha kerakyatan sesuai potensi yang ada di nagari itu, sehingga nanti nagari memiliki Pendapatan Nagari yang besar untuk membangun nagari,” harap Camat. (uus)