BUKITTINGGI, METRO–Perkumpulan Filateli Indonesia (PFI) menggelar pameran nasional Filateli bertajuk Sumbarphex 2023 serta perumusan kerja tahunan di Tanah Datar, Sumatera Barat. Ketua PFI, Fadli Zon berharap kegiatan ini mampu menyasar kreativitas dari generasi muda Sumbar.
Hal itu disampaikan Fadli Zon saat digelarnya “Palmares Night” bersama perwakilan Pemerintah Daerah dan Kepala Kantor Pos regional Sumatera di rumah dinas Wali Kota Bukittinggi, Selasa (7/11) malam.
“Kami ingin membangun kreativitas generasi muda, di Sumbar sudah lama tidak bergabung, era digitalisasi mempengaruhi, kalau dulu filateli sebagai alat komunikasi tanda berbayar surat pos, saat ini banyak modifikasinya selain hobi, pembelajaran, pameran, eksebisi dan kompetisi,” kata Fadli Zon.
Rangkaian pameran nasional filateli juga mengadakan lomba literasi, bahasa dan seni yang diikuti pelajar seluruh Sumbar dan diberikan apresiasi secara langsung oleh PFI dalam malam Palmares tersebut.
Fadli Zon mengungkap filateli atau kegiatan merawat dan mensosialisasikan prangko serta benda pos lainnya itu menjadi sebuah hobi berkelas yang mampu menghadirkan investasi tinggi.
“Prangko termahal di dunia saat ini berada di angka Rp 142 miliar, untuk Indonesia Rp 5 miliar, kelangkaan menjadi nilai tinggi investasi, hobi filateli ini bisa dikatakan hobinya raja tetapi semua orang bisa melakukannya,” katanya.
Ia menegaskan meski dipengaruhi kemajuan jaman, hobi filatelli masih eksis dan masih ada di seluruh dunia, menurutnya 195 negara dunia masih mencetak prangko hingga saat ini.
“Banyak spektrum dari filateli ini, saya tahu hampir seluruh keluarga Bung Hatta adalah seorang filatelis aktif, terutama Gemala dan Mutia Hatta, saya sendiri telah menggeluti secara serius selama 15 tahun terakhir,” katanya.
Ia mengatakan prangko menjadi alat merekam semua sejarah sekaligus sebagai penanda jaman, termasuk sejarah Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat.
“Yang dicetak adalah uang di 1945 dan prangko 1946, ini sebagai penanda negara merdeka, PRRI pun tergambar di dalamnya meski saya melihat bahwa gerakan ini lebih dari bentuk ketidakterimaan daerah dengan pemerintah pusat yang dinilai terlalu dekat dengan komunis saat ini,” kata Fadli Zon.
Ia mengatakan kolektor menyebut PRRI sebagai era perang revolusi, atau perang mempertahankan kemerdekaan yang dilukiskan dalam prangko saat itu.
Fadli Zon terpilih menjadi Ketua PFI kedua kalinya untuk periode 2022-2027 pada kongres ke-10 di Bogor pada September 2022 lalu.
Di masa kepemimpinannya yang kedua, PFI fokus meningkatkan literasi tentang filateli kepada generasi muda, agar dapat membentuk klub-klub filateli baru yang bisa melestarikan hobi filateli di Indonesia.
Fadli Zon memiliki tiga medali kelas dunia, pertama adalah medali Picture Card yang diraih di Dubai pada 2022. Selanjutnya di kelas Postal History dengan menampilkan cap pos yang bercerita tentang sejarah mulai 1879 hingga 1914 di London.
Lainnya adalah di kategori Postal Stationery untuk 1874-1932, Fadli Zon menjadi satu-satunya Ketua Umum Indonesia Filateli yang meraih prestasi emas dunia.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Bukittinggi, Beny Yusrial mengapresiasi peserta pameran nasional filateli Sumbarphex 2023 yang menyempatkan hadir ke Bukittinggi, menurutnya hobi filateli menjadi salah satu langkah melatih kecermatan dan ketelitian dalam rangkaian hobi positif.
“Ini menjadi arsip sejarah bernilai tinggi bukan hanya benda pos biasa, bahkan menjadi jembatan diplomasi antar bangsa di dunia, butuh kecermatan dan ketelitian sempurna yang dapat membentuk sifat-sifat mental pribadi yang positif,” kata Beny. (pry)
