Nabi Ibrahim As, Cara Mendidik Anak

Kisah keteladanan Nabi Ibrahim As tidak bisa terlepas dari peristiwa kurban yang dialami Ismail. Rentetan kejadian ini menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim telah berhasil mendidik buah hatinya menjadi anak yang soleh.

Nabi Ibrahim As hidup pada zaman Raja Namrud. Seorang raja yang dikenal angkuh dan egois. Bahkan, salah satu peraturan yang sangat kontroversial ketika itu adalah jika ada bagi laki-laki yang lahir, maka ia wajib dibunuh.

Oleh karenanya, sang ibu membawa Ibrahim kecil ke dalam hutan agar tidak ketahuan sang raja. Setelah menginjak dewasa dan hidup di tengah-tengah masyarakat, Nabi Ibrahim As dikarunia anak. Salah satunya adalah Ismail yang dikenal sebagai anak soleh, tampan, serta baik hati.

Suatu ketika, Nabi Ibrahim As menyampaikan sebuah risalah kepada anaknya yang masih berusia 7 tahun tersebut. Al-Quran surah As-Saffat Ayat 102 menyebutkan bahwa, “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,”.

Berdasarkan ayat di atas, tatkala ayahnya menyampaikan perintah Allah SWT agar dirinya disembelih, Ismail bukannya menolak. Namun, dirinya justru mempersilakan Nabi Ibrahim untuk menjalankannya. Maka, peristiwa tersebut bisa menjadi bukti bahwa Nabi Ibrahim As berhasil mendidik buah hatinya menjadi anak yang soleh.

Ismail dapat menjadi teladan agar seorang anak selalu patuh pada orang tua dengan selalu menjalankan perintah-Nya. Seperti diketahui, kala Nabi Ibrahim As benar-benar menyembelih Ismail, maka seketika pula Allah SWT menggantinya menjadi seekor domba hingga sampai zaman sekarang diperingati sebagai hari raya kurban.

Melalui sebuah jurnal dengan judul “Mendidik Anak Shaleh: Telaah Atas Kisah Nabi Ibrahim A.S. dan Ismail A.S.”, pada bagian kesimpulannya Miftahur Rahmah menuliskan bahwa Nabi Ibrahim bertujuan agar anaknya bertauhid dan saleh.

Sebagai seorang pendidik, beberapa sifat yang dimiliki Nabi Ibrahim adalah shiddiq, waffa, halim, munib, muhsin, ummah, qanitanlillah, hanif dan Khalil. Sedangkan Ismail selaku yang dididik juga mempunyai sifat halim, taat, sabar, dan penyayang.

Di dalam Al-Quran sendiri nama Ibrahim disebut sebanyak 69 kali melalui 24 surah. Selain itu, juga menjadi nama salah satu surah, yakni surah Ibrahim yang menjadi surah ke-14 sesuai dengan urutannya.

Yang cukup menarik, Nabi Ibrahim bahkan mampu menghasilkan sejumlah keturunan yang akhirnya menjadi seorang nabi pula. Disebutkan bahwa 19 dari 25 nabi merupakan keturunan Nabi Ibrahim As. Artinya, tidak salah jika ia disebut sebagai Abulanbiya, bapak dari pada nabi.

Dalam upanya mendidik anak agar menjadi soleh, Nabi Ibrahim As selalu melakukan ritual doa. Beberapa doa yang dipanjatkan sang nabi adalah sebagai berikut: Rabbi hab lii minash shaalihiin Artinya:”Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang saleh,” (Surah As-Shaffat ayat 100).

Wa idz qoola Ibraahiimu Rabbij ‘al haazal balada aaminanw wajnubnii wa baniyya an na’budal asnaam Artinya: “Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim berdoa “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman dan jauhkanlah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala,” (surah Ibrahim ayat 35). Ñó

Rabbij ‘alnii muqiimas Salaati wa min zurriyyatii Rabbanaa wa taqabbal du’aaa’ Rabbanagh fir lii wa liwaalidaiya wa lilmu’miniina Yawma yaquumul hisaab Artinya,”Ya Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang yang mendirikan shalat dan juga keturunanku. Ya Tuhanku, terimalah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku dan orang-orang mukmin di hari perhitungan,” (surah Ibrahim ayat 40-41).

Wa idz qoola Ibraahiimu Rabbij ‘al haazaa baladan aaminanw warzuq ahlahuu minas samaraati man aamana minhum billaahi wal yawmil aakhiri qoola wa man kafara faumatti’uhuu qaliilan summa adtarruhuuu ilaa ‘azaabin Naari wa bi’salmasiir Artinya,”Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim berdoa ‘Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan berilah penduduknya rezeki dari buah-buahan, yakni orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir di antara mereka,” (surah Al-Baqarah ayat 126). (**)

Exit mobile version