AGAMJUA, METRO–Puluhan pendekar Silek Tradisi yang datang dari berbagai perguruan silek tradisi di Sumatera Barat, bisa dipastikan bakal adu jurus di galanggang Silek Tradisi di Agam Jua Caffe, dalam rangka pegelaran Silek Tradisi dengan tema “ Mamancak di galanggang, mangambang nan talipek” selama Tiga hari Sabtu-Senin (11-13/6). Kurator Galanggang Silek Tradisi, Zuari Abdullah, menyebut dalam kegiatan ini silek tidak ditampilkan sebagai serimoni semata. Lebih jauh, gelanggang silek stradisi ini bakal menghadirkan silek tradisi secara utuh.”Jika festival-festival silek umumnya hanya menampilkan silek sebagai seni beladiri, dalam gelanggang silek tradisi kita mencoba menyuguhkan silek tradisi lebih menyeluruh,” ungkapnya.
Diantara perguruan silek tradisi yang akan ambil bagian dalam pergelaran silek tradisi seperti, Karang Indah dari Padang Pariaman, Harimau Sakato dari Aie Dingin, Sinar Tampalo dari Sijunjung. Disampaikan Zuari Abdullah, selain peragaan silek tradisi, dalam gelanggang silek tradisi ini penonton juga bisa menyaksikan beragam permainan serta tarian yang dikembangkan dari gerakan silek. “Ada grub yang bakal menyajikan permainan silek Podang dan tari piriang. Ada juga yang menampilkan Silek dan Main Api, tari lampu togok, permainan kurambiek asik lukah, dan lainnya. Dan juga banyak perguruan silek tradisi dari berbagai daerah di Sumbar yang akan tampil. Nanti akan ada puluhan pendekar silek tradisi yang akan tampil,” ungkapnya.
Ketua DPRD Sumbar, Supardi, didampingi Kepala UPTD Taman Budaya Sumbar, Hendri Fauzan, kepada wartawan di Galanggang Silek Tradisi di Kota payakumbuh menyampaikan bahwa dari musyawarah tuo-tuo silek sebelumnya diperoleh rekomendasi bahwa silek bukan hanya ilmu bela diri tetapi juga kepribadian orang minang. Seorang pesilat, orang yang dekat dengan surau. Ada semangat kembali kesurau, dan poinnya disitu. “Dan kita akan menyaksikan berbagai aktraksi, sasaran yang diundang ada 17 perguruan. Dan mereka akan menunjukkan identitas sasaran. Kita tidak hanya menonton, tapi kita ingin menunjukkan bahwa kita kaya dengan sasaran dan ilmu pengetahuan. Namun semuanya lahir dari surau, karena masing-masing sasaran punya surau,” ucap putra Payakumbuh itu.
Supardi yang digadang-gadang sebagai kandidat kuat calon wali kota Payakumbuh pengganti Riza Falepi itu, menyebut bahwa setiap gerakan silek tradisi ada nilai agama, mulai dari langkah, gerak dan lainnya. Sejatinya, bathin silek mancari kawan, makrifat silek mancari tuhan.
Menurutnya, Dua jati diri orang minang kalau tak pandai mengaji, pandai basilek. Hari ini, mulai hilangnya budaya silek dan tak diminati lagi oleh generasi muda minang kabau, harusnya menjadi kegelisahan semua pihak. “Kita tentu tidak akan menunggu perda, tetapi kita mencoba memulai dulu, tentu kita harapkan pemerintah kabupaten secara persuasif akan memberikan pemahaman agar memberikan ruang untuk berkreasi. Contoh ada anggaran APBD untuk kegiatan ini,” harapnya. Supardi, yang tiap tahun konsen dengan peningkatan SDM generasi muda dibidang seni, silek dan Budaya ini bahkan bertekat kuat pada tahun 2023 mendatang bakal membuat festival silek Dunia yang diperkirakan bakal mengundang 20 negara. “Kita bikin tahun 2023 festival silek dunia yang akan dihadiri 20 negara,” ucapnya. (uus)