Oleh: Reviandi
Teka-teki besar masyarakat Indonesia selama sebulan terakhir akhirnya terjawab sudah. Setelah Prabowo Subianto mengumumkan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil Presiden pendampingnya menghadapi Pilpres 14 Februari 2024. Dugaan-dugaan yang selama ini mengapung telah tuntas dijawab jagoan dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) itu.
Berbagai pertimbangan pasti telah dilalui oleh Prabowo, Partai Gerindra dan partai-partai koalisi seperti Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat. Ditambah partai nonparlemen seperti Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, dan Partai Garuda. Juga Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang mengaku tegak lurus dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kehadiran Gibran di koalisi ini pastinya sudah izin atau restu dari sang ayah, Jokowi. Yang secara tak langsung menyebut telah memberikan dukungan sebagai orang tua kepada anak. Sekarang kita nantikanlah drama-drama status Gibran dan Jokowi yang merupakan ‘petugas’ partai PDIP. Karena PDIP telah menyatakan dukungan kepada Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Kini, secara nasional Prabowo-Gibran diperkirakan bisa menang satu atau dua putaran. Apalagi survei yang digelar setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal umur minimal Capres-Cawapres tetap 40 tahun, kecuali yang sudah berpengalaman menjadi kepala daerah yang dipilih langsung, memihak Gibran. Seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis survei elektabilitas 3 pasang Capres dan Cawapres pasca-putusan MK soal batas usia itu.
Survei menunjukkan Prabowo Subianto unggul 35,9% bila dipasangkan dengan Gibran Rakabuming Raka. Survei dilakukan pada 16-18 Oktober 2023 terhadap 1.229 responden melalui telepon. Target populasi survei WNI berusia 17 tahun atau sudah menikah. Hasilnya, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka 35,9%. Ganjar Pranowo-Mahfud Md 26,1% Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 19,6%. Yang tidak tahu dan tidak menjawab masih tinggi di angka 18,3%.
Mungkin saja, survei-survei seperti ini sudah dilakukan tim KIM atau Prabowo sebelum memutuskan nama Gibran. Sebelum menepikan nama Menteri BUMN Erick Thohir, meski sebagian survei menempatkan Prabowo-Erick lebih baik elektabilitasnya. Yang jelas, hari ini Prabowo-Gibran akan bersaing melawan Ganjar-Mahfud dan jagoan Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dari NasDem, PKB, PKS ditambah Perindo dan Hanura.
Bagaimana dengan di Sumbar? Banyak yang memperkirakan kalau suara Prabowo akan turun seiring dengan digandengnya Gibran yang merupakan putra Jokowi. Mengingat hasil Pilpres 2014 dan 2019 yang menempatkan Jokowi-JK dan Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai ‘kalah telak’ di Sumbar. Dengan hasil itu, banyak yang mengkhawatirkan hasil yang sama akan terjadi pada Gibran di Sumbar.
Meski hal serupa pernah terjadi saat Anies Baswedan memastikan Cak Imin sebagai Bacawapresnya. Banyak orang di Sumbar yang pro ke Anies Baswedan, kurang berkenan dengan Muhaimin. Hal tersebut terlihat dengan tak pernah maksimalnya suara PKB di Sumbar. Bahkan sejak hadir, belum ada kader PKB yang menjadi anggota DPR asal Sumbar. Jadi, menempatkan Cak Imin mendampingi Anies juga riskan.
Selama deklarasi Anies-Imin ini, banyak pendukung Anies yang menyebutkan tetap kokoh mendukung Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 itu. Karena dalam sistem presidential, hanya peran Presiden yang paling krusial. Wakil Presiden sifatnya hanya pembantu yang tidak punya peran penting. Jadi nantinya, tetap Anieslah yang berperan dalam pemerintahan.
Hal yang sama harusnya berlaku kepada Prabowo yang menggandeng Gibran. Kata Rocky Gerung, peran Wapres tidak ada sama sekali dalam sistem pemerintahan Indonesia. Karena semua terpusat pada Presiden. Hal ini terlihat bagaimana Wapres Ma’ruf Amien saat ini. Begitu juga dengan yang sebelumnya, Jusuf Kalla dan Boediono yang hanya banyak diam. Berbagi peran pun tidak kelihatan.