Pemimpin Peduli Olahraga

Oleh: Reviandi

SAAT mantan Dirut TVRI Helmy Yahya membeberkan keberatannya diberhentikan oleh Dewan Pengawas di DPR RI, dia menyebut, terdapat empat teratas hiburan yang sangat digemari masyarakat Indonesia, yaitu sepakbola, bulutangkis, drama dan dangdut. Hal ini sangat menarik jika ditarik ke ranah Pilkada Sumbar – tepatnya pemilihan calon Gubernur (Pilgub).

Kira-kira, adakah calon yang bisa memberikan hiburan ini kepada masyarakat Sumbar. Kalau dangdut biasanya heboh saat kampanye. Namun, kita ambil saja dua teratas, sepakbola dan bulutangkis. Artinya, gelaran olahraga masih menjadi daya tarik tertinggi. Sayangnya, hal itu tidak terlihat dengan tidak adanya klub sepakbola atau bulutangkis yang berjaya dari Sumbar di nasional. Bahkan, sekelas Semen Padang FC harus turun-naik Liga 1 dan Liga 2. Ya, karena nyaris tanpa dukungan dari pemerintah daerah.

Kalau kita hanya masuk kepada yang paling atas, sepakbola, maka sampai hari ini belum terlihat ada kepedulian yang cukup dari Gubernur atau mantan-mantan Gubernur terhadap olahraga paling digemari di muka bumi ini. Klub-klub yang ada di Sumbar, seperti PSP Padang, PSTS Tabing, Persiju Sijunjung, dan lainnya, seperti hanya menggantungkan hidup dari pengurusnya. Kalau pengurus ada uang dan sponsor, mereka akan bergerak. Kalau tidak, ya bisa hilang.

Untuk itulah, salah satu kriteria pemimpin yang diminta oleh pencinta olahraga adalah merka yang peduli dengan olahraga itu sendiri. Bukan yang menjadikan olahraga sebagai pencitraan semata. Tapi, benar-benar tahu perkembangan olahraga, dan tidak segan-segan meluncurkan dana yang banyak untuk membantu klub-klub sepakbola. Mungkin dengan tetap mematuhi aturan, tapi masyarakat tidak kehilangan klub yang mereka cintai.

Contoh terakhir, saat Semen Padang FC yang “induak samangnya” mulai keteteran mendanai klub berlaga di Liga 2, tak terlihat ada niat dari Pemprov, Pemko/Pemkab untuk membantu. Meski beralasan, dana APBD tidak boleh untuk membantu klub, seharusnya ada empati dan rasa ingin membantu. Kalau tidak, maka Kabau Sirah – julukan SP FC tidak dapat lagi mengudara dengan baik musim depan, harapan ke Liga 1 pun akan sirna.

Jadi, diharapkan, Gubernur kita di masa depan, adalah pemimpin yang tahu cara mempertahankan hiburan paling disukai masyarakat Sumbar – sepakbola. Bukan pura-pura tidak tahu, kalau klub yang dibanggakan urang awak itu sedang sekarat, bahkan bisa saja tinggal kenangan. Atau berganti nama sesuai kehendak dari pemilik terbarunya.

Soal siap yang bisa dianggap peduli olahraga, atau peduli sepakbola, biarlah masyarakat saja yang menilai. Karena, para penikmat sepakbola adalah mereka yang juga akan pergi ke bilik-bilik suara 23 September 2020 ini. Kalau mereka bertemu orang-orang yang peduli olahraga di kartu suara, tentu mereka akan mencoblosnya. Kalau tidak, ya bagaimana lagi.

Setidaknya, Gubernur berikut akan memiliki stadion sepakbola yang keren dengan nama Stadion Utama Sumbar. Lokasinya di Lubukalung, Padangpariaman. Rencananya, stadion itu akan digunakan untuk pembukaan Mushabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke XXVIII tingkat Nasional 2020 ini. Setelahnya, akan digunakan untuk lokasi homebase sejumlah klub yang ada di Sumbar, mungkin termasuk Semen Padang FC.

Dengan bekal stadion yang katanya berstandar FIFA (federasi sepakbola dunia) itu, Gubernur baru diminta menumbuhkan kecintaan terhadap olahraga. Tidak hanya sekadar menonton, tapi juga menggerakkan masyarakat. Jangan sampai, stadion yang difungsikan juga untuk mengampanyekan Sumbar tuan rumah PON 2024 itu malah terbengkalai pasca-MTQ.

Semoga, para pencinta sepakbola, tidak hanya melihat jauh, tapi juga mau bertarung di Pilkada Sumbar. Kalaupun tidak skala Gubernur, untuk Bupati dan Wali Kota boleh jugalah. Karena, orang-orang yang paham dunia sepakbola dan olahraga, harus diberikan kesempatan memimpin. Agar “hiburan” rakyat di tengah suramnya ekonomi yang hanya tumbuh 5 persen ini tetap ada dan terjaga. (Wartawan Utama)

Exit mobile version