Oleh: Reviandi
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) saat muncul ke publik dikenal sebagai orang yang planga-plongo dan ndeso. Tapi 2024 ini, dia kerap disebut sebagai king maker atau tokoh yang melahirkan raja atau pemimpin. Begitu jauh perbedaan posisi yang didapat Jokowi setelah 10 tahun berkuasa di Indonesia.
Sepanjang itu, banyak tokoh-tokoh yang hadir atau lahir bersama Jokowi. Mereka datang dan pergi, sementara Jokowi tetap berdiri kokoh. Jokowi terus berkembang atau bahkan kekuatan dia sebenarnya mulai terus terkuak. Jokowi adalah seorang yang lebih baik dibanding sebelumnya. Tak ada lagi keraguan kepadanya.
Salah satu orang yang muncul bersama Jokowi adalah Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok. Pada Pilgub DKI Jakarta 2012 Ahok menjadi pasangan Jokowi dan memenangkan Pilkada Ibu Kota. Saat itu dia ditarik ke pusat setelah dianggap sukses menjadi Wali Kota Solo/Surakarta. Begitu banyak prestasi Jokowi. Sementara Ahok juga pernah menjadi Bupati Belitung Timur dan Anggota DPR RI dari Partai Golongan Karya (Golkar).
Ahok adalah pasangan yang begitu sejiwa dengan Jokowi. Bahkan saat selesai berkasus masalah penistaan agama, Ahok masih dipercaya Jokowi. Dia tidak meninggalkannya. Diangkat menjadi Komisaris Utama Pertamina, BUMN paling tajir di Indonesia. Banyak yang pro dan kontra, tapi Jokowi tetap santai memberikan kepada BTP—nama lain Ahok setelah keluar penjara.
Ahok juga sangat loyal kepada Jokowi dengan memilih masuk jadi kader PDIP sebelum jadi komisaris BUMN. Dia bahkan sempat diisukan akan menjadi Bacawapres Jokowi dengan melakukan sedikit perubahan konstitusi. Tapi itu tak terbukti dan Jokowi mengambil KH Ma’ruf Amin sebagai Cawapres dan memenangkan Pilpres 2019.
Kini, Ahok meninggalkan Jokowi. Dia dengan tegas tetap mendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024. Sementara Jokowi tentu dipastikan mendukung Prabowo-Gibran, anak sulungnya menjadi calon Wapres. Ahok dan Jokowi kali ini berbeda pilihan. Tak sejalan dan pastinya memilih jalan masing-masing.
Ahok yang berposisi sebagai komisaris BUMN memang tak boleh turut berpolitik praktis. Dia telah mengajukan surat pengunduran diri sebagai Komisaris Utama Pertamina pada 2 Februari 2024. Surat pengunduran diri tersebut sudah dikirimkan ke Kementerian BUMN selaku pemegang saham Pertamina.
Pertamina pun mengucapkan terima kasih atas pengabdian Ahok selama menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina. Ahok mengaku, alasan dirinya mundur dari jabatan Komisaris Utama Pertamina tak lain karena dirinya mendukung salah satu pasangan calon Presiden dalam Pemilihan Presiden 2024.
“Dengan ini, saya menyatakan mendukung serta akan ikut mengkampanyekan pasangan calon presiden Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Hal ini agar tidak ada lagi kebingungan terkait arah politik saya,” tegas Ahok, dikutip di Instagramnya, Jumat (02/02/2024).
Ahok menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina sejak 22 November 2019 berdasarkan Keputusan Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina No.SK-282/MBU/11/2019 tanggal 22 November 2019.
Sebelum menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina, Ahok pernah menjabat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode (2004), Bupati Belitung Timur periode (2005), Anggota DPR RI (2009), Wakil Gubernur DKI Jakarta (2012), dan Gubernur DKI Jakarta (2014).
Keputusan Ahok memang sudah bulat. Awalnya dia juga sempat menyentil Gibran yang belum memiliki pengalaman untuk memimpin negara sebesar Indonesia. Karena belum teruji dan berpengalaman. Jadi Wali Kota saja baru tiga tahun
Untuk mengurus negara sebesar Indonesia mesti memiliki pengalaman menjadi legislatif tingkat nasional maupun eksekutif tingkat provinsi. Dengan pengalaman itu, maka seseorang dianggap mampu, karena memiliki pengetahuan tata negara yang lengkap.
“Kalau belum punya pengalaman dan Anda maju presiden atau wakil presiden, nanti Anda enggak ngerti. Ini bukan soal belajar atau coba-coba lho. Ini negara dipertaruhkan untuk menjadi negara maju di tahun 2045, mana boleh kita kasih ke orang yang coba-coba,” ucapnya.
Ahok mengaku menyampaikan hal ini tanpa maksud untuk meremehkan Gibran atau anak muda lainnya. Dia yakin bahwa anak muda bisa lebih kreatif. Tapi, bicara tata negara, seorang pemimpin, kata Ahok, harus mengerti konstitusi. Bukan cuma yang berani untuk maju, tapi yang lengkap dengan track reccord yang jelas. Butuh waktu dan pembuktian, tidak instan.
2024 ini, adalah waktu perpisahan antara Jokowi dan Ahok. Tapi, setelah Pilpres ini, bisa saja keduanya kembali bersatu entah di mana. Yang pasti, Ahok adalah satu bagian yang melengkapi bagi Jokowi. Terlepas pro dan kontra yang terjadi pada Ahok. Ahok pun tak main-main, saat posisi survei Ganjar-Mahfud jauh tertinggal dari Prabowo, dia tetap komit bersama pasangan nomor urut 3 itu.
Sebuah persahabatan yang unik. Sebagaimana banyak terungkap dalam berbagai podcast yang menghadirkan Ahok atau Jokowi. Sabahabat Nabi Ali Bin Abi Thalib pernah berujar, “Ucapan sahabat yang jujur lebih besar harganya daripada harta benda yang diwarisi nenek moyang.” Mungkin berbeda pilihan itu biasa, begitu juga bagi Jokowi-Ahok. Semoga dua sahabat lama ini kembali bersatu setelah Pilpres yang membelah. (Wartawan Utama)
Komentar