KEPERAWATAN adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah “body of knowladge’ yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat, sehingga potensi keperawatan untuk berkembang sangatlah tinggi. Profesi keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatakan profesionalisme keperawatan agar dapat memajukan pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini.
Salah satu wadah untuk mewujudkan hal diatas adalah pendidikan keperawatan itu sendiri. Dengan telah diakuinya body of knowledge tersebut maka pada saat ini pekerjaan profesi keperawatan tidak lagi dianggap sebagai suatu okupasi, melainkan suatu profesi yang kedudukannya sejajar dengan profesi lain di Indonesia. Tahun 1984 dikembangkan kurikulum untuk mempersiapkan perawat menjadi pekerja profesional, pengajar, manajer, dan peneliti. Kurikulum ini diimplementasikan tahun 1985 sebagai Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tahun 1995 program studi itu mandiri sebagai Fakultas Ilmu Keperawatan, lulusannya disebut ners atau perawat profesional. Sejak tahun 2000 terjadi euphoria Pendirian Institusi Keperawatan baik itu tingkat Diploma III (akademi keperawatan) maupun Strata I.
Beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan institusi keperawatan di Indonesia menjadi tidak terkendali. Seperti jamur di musim kemarau. Artinya di masa sulitnya lapangan kerja, proses produksi tenaga perawat justru meningkat pesat. Begitu juga di Sumatera Barat sendiri, ada beberapa pusat pendidikan keperawatan yg tersebar diberbagai kota. Itu artinya propinsi Sumatra Barat sendiri pun tidak kalah banyak memproduksi tenaga keperawatan yang siap diterjunkan kedunia kerja. Sebagai seorang dosen di Institusi keperawatan saya melihat beberapa tantangan yang dihadapi oleh pendidikan keperawatan di masa ini, diantaranya :
Fakta di lapangan menunjukkan banyaknya penyelenggara pendidikan tinggi keperawatan berasal dari pelaku bisnis murni dan dari profesi non keperawatan, sehingga pemahaman tentang hakikat profesi keperawatan dan arah pengembangan perguruan tinggi keperawatan kurang dipahami. Belum lagi sarana prasarana cenderung untuk dipaksakan, kalaupun ada sangat terbatas. Boleh saja kita lihat bahwa yang menjalankan roda pendidikan adalah tenaga professional keperawatan yang kompeten dibidang keperawatan, tetapi untuk pengambilan semua keputusan terkait dengan pelaksanaan pendidikan tetap saja oleh pihak penyelenggara bukan ditangan pihak yang menjalankan. Dengan demikian bisa disebutkan bahwa ini merupakan suatu tantangan bagi pendidikan keperawatan dimasa kini.
Berikutnya saya melihat tantangan pendidikan keperawatan itu adalah bahasa. Saya bukan mengatakan tidak ada, tapi saya melihat masih sedikit sekali institusi keperawatan yang memprioritaskan bahasa asing terutama bahasa inggris didalam penyelenggaraan pendidikan keperawatan. Seperti komunikasi sehari – hari antar dosen dan mahasiswa, pada saat dosen memberikan kuliah, dan bentuk – bentuk komunikasi lainnya. Kenapa saya melirik bahasa sebagai tantangan dalam pendidikan keperawatan, karena dengan penguasaan bahasa asing ini, akan mempermudah para lulusan keperawatan itu sendiri kita terjunkan kedunia kerja, terutama lapangan kerja yang bertaraf internasional.
Dibalik tantangan diatas, sebagai yang menjalankan pendidikan keperawatan kita boleh berbangga hati juga, karena ada beberapa peluang yang ada didepan mata. Diantaranya adalah jurusan ini masih menjadi salah satau jenjang Pendidikan lanjutan jurusan yang difavoritkan oleh banyak siswa yang duduk di bangku SMA. Karena apa? Karena menjadi seorang perawat dianggap sebagai profesi yang mulia. Kehadiran seorang perawat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit pada setiap klien. Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup, bahkan bagi sebagian orang menjadi seorang perawat adalah cita-cita besar yang ingin dicapai.
Selanjutnya peluang pendidikan keperawatan, bahwa pemerintah masih memberikan apresiasi dan bahkan lulusan Jurusan Keperawatan Jadi salah satu Kebangkitan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negri. Tenaga kerja lulusan keperawatan banyak dibutuhkan di luar negeri. Kebutuhan tersebut bukan hanya pada sector pelayanan kesehatan di rumah sakit, namun profesi perawat dibutuhkan pula sebagai caregiver. Bahkan dengan adanya MEA (mayarakat ekonomi asean), Kerjasama ketenagakerjaan Australia-Indonesia baru-baru ini dan Banyaknya negara yang membangun kerjasama di bidang ketenagakerjaan tentu menambah prospek masadepan para lulusan keperawatan. Tidak kurang dari 2 Juta/Tahun Tenag keperawatan yang dibutuhkan di seluruh dunia.
Terakhir saya melihat peluang pendidikan keperawatan itu adalah : Perawat Dapat Menciptakan Lapangan Kerja. Tidak sedikit mereka yang lulusan perawat membuka mampu menjadi pengusaha sukses. Apalagi jika didalam kurikulum pendidikan keperawatan kita masukkan mata kuliah entrepreneur khususnya dibidang keperawatan. Dengan penyajian mata kuliah tersebut setidaknya mahasiswa tersebut sudah punya bekal untuk melihat peluang usaha sendiri dari ilmu keperawatan yang mereka miliki. Diera digital seperti sekarang ini bukan suatu hal yang sulit dalam menjalankan bisnis, begitu juga bisnis dibidang keperawatan. (Ns. Ropika Ningsih, S.Kep, M.Kep)















