Plt Kepala Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat Benny Yansukral mengaku sangat bangga dengan perayaan Pekan Nasional (PENAS) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke XVI Tahun 2023 yang dilaksanakan di Sumatera Barat.
Sumbar sebagai tuan Rumah, Benny Yansukral yakin, dengan kehadiran ribuan petani dan nelayan dari berbagai daerah di Indonesia serta petani-petani ASEAN pada pergelaran Penas Tani Nelayan 2023 ini, bisa menjawab berbagai tantangan yang tengah dihadapi khususnya di sektor ketahanan pangan.
Menurutnya, Momentum Penas sangat penting untuk menyatukan visi dan pandangan seluruh masyarakat dan pemangku kebijakan dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan.
“Mudah-mudahan kegiatan seperti ini tidak berhenti di sini saja akan tetapi terus berlanjut hingga ke tingkat ASEAN. Sehingga petani Sumbar bisa menjadi lebih unggul dengan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk pengembangan usaha pertanian,” Harap Benny.
Dia juga menyampaikan, Temu Petani Asean dan Mitra Asean dalam ajang ASEAN- Dialogue Partners Exchange Farmer Visit 2023 adalah bagian dari kegiatan Pekan Nasional (PENAS) Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) XVI. Pesertanya adalah petani Milenial dari negara anggota ASEAN.
Sektor pertanian, merupakan mata pencaharian utama masyarakat bagi sebagian negara-negara ASEAN. Bahkan sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian dan penyumbang utama devisa negara, seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, Myanmar, dan Malaysia.
Melalui Dialogue Partners Exchange Farmer Visit, para petani-petani ASEAN akan bertukar pengalaman, sharing tentang informasi, teknologi dan teknik yang dipakai, sehingga bisa mendapatkan strategi yang tepat untuk mengamankan pangan dari berbagai ancaman, khususnya di Sumatera Barat.
Benny menyebutkan, Penas tahun ini menjadi bagian strategis dari upaya konsolidasi bersama dalam menjaga ketahanan pangan nasional di tengah ancaman krisis pangan. Seperti dampak fenomena iklim El Nino yang berpotensi memberi ancaman kekeringan yang cukup parah terhadap pertanian.
“Pegelaran Penas Tani Nelayan 2023 ini harapan besar bagi kita bersama untuk menjawab berbagai tantangan di sektor pangan. Momentum ini juga sangat penting bagi kemajuan pangan di Sumatera Barat,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, menambahkan, melalui ASEAN-Dialogue Partners Exchange Farmers Visit diharapkan menjadi ajang bertukar informasi antar petani dari negara ASEAN. Baik dalam bentuk pengalaman, informasi tentang pertanian dan teknologi. Sehingga kita bisa mendapatkan strategi yang tepat untuk mengamankan pangan dan menghadapi dampak fenomena iklim El Nino yang berpotensi memberi ancaman kekeringan yang cukup parah terhadap pertanian dan ketahanan pangan.
Kepala BPPSDMP memberikan apresiasi pada para delegasi atas kerjasama yang sudah terjalin dan kemitraan antar negara ASEAN, dan negara mitra, Jepang dan Amerika.
Kemitraan antar negara ASEAN penting dalam menghadapi tantangan pertanian pasca pandemi, tantangan dampak perang ukraina rusia dan yang paling utama antisipasi krisis pangan global.
Benny Yansyukral juga menambahkan dalam kegiatan Dialogue Partners Exchange Farmer Visit, petani ASEAN juga mengunjungi beberapa daerah. Mereka melihat langsung bagaimana proses pengolahan pertanian dan peternakan unggul yang ada di Sumbar. Nagari Sirukam Kabupaten Solok dan Nagari Tabek, Kabupaten Tanah Datar terpilih menjadi tujuan field trip (Karyawisata).
Senin (12/6), Sirukam Dairy Farm Peternakan modern terpadu, Kabupaten Solok menjadi tujuan yang pertama dalam fieldtrip. Di daerah ini mereka juga diskusi soal Peternakan, Pertanian dan Perkebunan.
Sebanyak 26 peserta ASEAN Farmers dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Jepang sebagai negara mitra, berkesempatan melihat langsung peternakan sapi perah modern terpadu terbesar di Sumatera Barat tersebut.
Kehadiran peserta disambut Bupati Solok Epyardi Asda dan mendapat penjelasan lengkap dari CEO PT. Sirukam Lumbung Nagari, Budi Bundar.
“Konsep utama kita disini adalah empowering local community. 90 persen karyawan adalah masyarakat lokal. Dari awal kita berkomitmen dengan masyarakat sekitar farm untuk bekerjasama dan maju bersama,” ujar Budi.
Para peserta selain melihat langsung proses peternakan sapi hingga pengolahan susu, juga bisa menikmati susu segar aneka rasa.
Sirukam Dairy Farm, merupakan salah satu peternakan modern yang terletak di Jl. Solok – Alahan Panjang KM 18, Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Mengusung tema eduwisata yang artinya edukasi menjadi fokus agar tak hanya berwisata, tapi juga bisa mendapat pengetahuan seputar peternakan dan perkebunan.
Untuk mengunjungi Sirukam Dairy Farm, bisa diakses melalui jalan raya Solok-Alahanpanjang lebih kurang berjarak 25 kilometer dari Kota Solok. Sepanjang perjalanan, nuansa alam pun selalu terasa, pada 10 kilometer pertama dari Kota Solok, pengunjung akan disuguhi pemandangan hamparan sawah di sisi kiri dan kanan jalan.
Lalu, perjalanan akan di tempuh di lereng bukit, tikungan-tikungan tajam saling berbalas. Walaupun demikian, pengunjung akan menyaksikan keindahan hamparan Kabupaten Solok di sisi kanan jalan, Jika cuaca bagus, akan terlihat jelas jajaran bukit barisan, dan wajah Kabupaten dan Kota Solok dari ketinggian.
Saat tiba di depan gerbang Sirukam Dairy Farm, memang belum terlihat istimewa, tapi setelah masuk ke kawasan taman, suasana seketika berubah. Jika cuaca cerah, dari taman Sirukam Dairy akan terlihat pemandangan indah kawasan utara Sumbar, jelas terlihat siluet Gunung Marapi, Sago dan Singgalang berjajaran, lalu bentangan Danau Singkarak, serta di bagian selatan, bediri megah Gunung Talang yang terlihat sangat jelas.
Di sana, juga ada coffee shop jika pengunjung ingin menikmati alam dengan secangkir kopi. Lalu di dalam area seluas 20 hektare itu, selain taman juga ada kandang sapi perah, yang berjumlah lebih kurang 150 ekor, 500 lebih ayam kukuak balenggek, ayam petelor, domba, kambing, dan berbagai tanaman hias.
Di dalam area seluas 20 hektare itu, terdapat kendang sapi perah yang berjumlah lebih kurang 150 ekor, 500 lebih ayam kukuak balenggek, ayam petelor, domba, kambing dan berbagai tanaman hias.
Keberadaan kandang-kandang hewan ternak ini untuk menunjang salah satu tujuan tempat ini. Yaitu untuk mengedukasi pengunjung tentang peternakan, khususnya peternakan modern. Dan para pengunjung bisa melihat dan mengetahui bagaimana cara beternak kambing, penggemukan sapi, beternak ayam kukuak balenggek secara modern.
Setelah dari Kabupaten Solok, peserta melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Tanah Datar. Para peserta diajak melihat dan belajar mengenai tanam padi Salibu di Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan. Kelebihan sistem ini adalah, tanam hanya sekali tapi bisa panen hingga berkali-kali.
Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh kembali setelah batang sisa panen dipangkas. Teknologi ini berawal dari inovasi dan kreativitas petani di Nagari Tabek. Sekali tanam, bisa sampai enam kali panen. Hemat benih, hemat air.
Para peserta bahkan juga diajarkan melalui simulasi langsung tanam padi sistem Salibu dari awal panen hingga tumbuh kembali oleh petugas penyuluh. Para peserta sangat antusias dan bergantian mengajukan pertanyaan tentang berbagai hal. Mulai dari pengairannya, pupuknya hingga hasil produksinya.
Sebelumnya, peserta juga dijamu makan oleh pemerintahan nagari. Hadir Sekda Kabupaten Tanah Datar, Iqbal Ramadi Payana. Dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Sumbar yang telah memilih Tanah Datar menjadi tujuan field trip ASEAN Farmers.
“Welcome to Tanah Datar. Nagari Tabek ini menjadi nagari pertama yang mengembangkan padi Salibu, dengan keunggulan, hemat waktu, biaya dan indeks produksi padi juga meningkat,” kata Iqbal.
Dijelaskannya, budidaya padi salibu merupakan varian teknologi budidaya ratun, yaitu tunggul setelah panen tanaman utama yang tingginya sekitar 25 cm, dipelihara selama 7-10 hari atau dibiarkan hingga keluar tunas baru.
Apabila tunas yang keluar kurang dari 70% maka tidak disarankan untuk dilakukan budidaya salibu. Jika tunas yang tumbuh sampai 70% maka potong kembali secara seragam hingga ketinggian 3-5 cm, kemudian dipelihara dengan baik hingga panen.
Tunas tersebut akan mengeluarkan akar baru sehingga pasokan hara tidak lagi tergantung pada batang lama, hal inilah yang membuat pertumbuhan dan hasil gabahnya sama atau lebih dibanding tanaman pertama/ibunya.
Keuntungan yang diperoleh dari budidaya padi salibu adalah: biaya produksi lebih rendah karena tidak perlu pengolahan tanah dan penanamanulang, pupuk yang dibutuhkan lebih sedikit, yaitu setengah dari dosis yang diberikan pada tanaman utama, umur panen lebih pendek, hasil yang diperoleh dapat memberikan tambahan produksi dan meningkatkan produktivitas.
Secara ekonomis budidaya padi salibu menghemat 60% biaya untuk pekerjaan persiapan lahan dan menanam, 30% untuk biaya produksi, hal ini menekan biaya usahatani setara Rp. 2 juta sampai 2,5 juta/ha sekali panen. Hasil padi salibu biasanya sama bahkan ada yang lebih tinggi dari pada tanaman pertamanya, hal inilah yang meningkatkan pendapatan petani.
Ketika tenaga kerja mahal dan terbatas, budidaya padi salibu akan lebih ekonomis sekitar 45% dibanding budidaya tanaman pindah . Adapun tujuan sistem tanam Salibu untuk meningkatkan indeks pertanaman karena waktu tanam yang pendek dan hasil tinggi dan menghemat biaya operasional penanaman karena tidak lagi memerlukan benih baru dan tidak melalui proses persemaian, pengolahan lahan atau bajak dan penanaman. Maka dalam tulisan ini akan dibahas faktor yang mempengaruhi budidaya salibu, bagaimana budidaya salibu dan analisis usahataninya.
Di Tanah Datar, para peserta juga berkesempatan mengunjungi Desa Terindah di Nagari Pariangan dan Istana Pagaruyung.(*)