“Apakah nama tokoh dalam kisah yang dibacakan ada di sini?” tanya saya pada seorang peserta.
Ia mengangguk sembari tak henti-hentinya menahan tawa sambil bertepuk tangan, seperti yang lain. Ia kemudian menunjuk pada seseorang yang duduk di depan sebuah sel.
“Nama dikisah tersebut, orangnya yang pakai baju merah, celana kuning itu,” katanya memberikan penjelasan.
Ternyata orang dimaksud adalah lelaki yang sempat saya perhatikan sebelumnya. Beliau tidak ikut menjadi peserta, namun ketika naskah itu dibacakan oleh penulisnya, sosok yang dijadikan tokoh kisah itu ada di Lapas tersebut. Sesama warga binaan, baik peserta mau pun yang bukan peserta, begitu pun audiens lainnya, tertawa terpingkal-pingkal.
Tak berselang lama, ketika naskah itu masih dibacakan, lelaki tersebut justru datang ke area pelatihan. Di tangannya ada ompreng. Beliau berdiri di sisi penulis yang sedang membacakan naskahnya. Sang penulis membacakan kisahnya di depan sebuah podium.
Selesai naskah dibacakan, tepuk tangan semakin meriah. Nuryati Noy memberikan sepiring kue kepada penulisnya. Ia memotong menjadi dua bagian. Satu potongan diberikan kepada tokoh dalam kisah yang membawa ompreng tersebut dengan disuapkan. Semua memberikan tepuk tangan. Kemudian lelaki yang membawa ompreng mengambil piring yang masih berisi sepotong lagi. Ia kemudian menyuapkan pula kepada penulis naskah tersebut.
Suasana kembali bergemuruh. Ada yang tertawa terpingkal-pingkal.
Kepala Bidang Pembinaan dan Pengawasan Perpustakaan dan Kearsipan Kab Limapuluh Kota Srisaparmi ST, memberikan hadiah spontan kepada sang penulis, namun Ia berpesan agar hadiah tersebut dibagi dua, sebab tulisan bagus tersebut terinspirasi dari teman bersangkutan. Keduanya tertawa, apalagi sosok yang dijadikan tokoh dalam cerita.
Keduanya sepakat dan saling memberikan tosan.
Ada juga naskah yang membuat semua terpaku, terdiam, seakan menahan nafas disaat naskah tersebut dibacakan. Suasana hening. Ada mata yang berkaca-kaca menyimak kisah tersebut. Semua seakan dibawa masuk dalam kisah dan gemuruh rasa yang dimilikinya. Semua baru tersadar setelah naskah itu selesai dibacakan.
Bagi saya, bekal menulis yang diberikan Lapas Suliki kepada WBP, merupakan langkah yang tak biasa, tapi diyakini akan memiliki efek luar biasa. Saya menyimak dengan seksama penjelasan Kepala Lapas Kamesworo. Ada celah penting yang terlihat oleh beliau. Kemampuan menulis adalah sebuah kemampuan khusus, disaat Warga Binaan sudah memiliki kemampuan khusus tersebut, maka akan ada manfaatnya untuk masa depan yang masih panjang.
Seseorang yang memiliki kemampuan khusus di bidang menulis, tidak dimaksudkan untuk menjadikannya sebagai wartawan atau sastrawan, tetapi kemampuan menulis bisa dikembangkan untuk kebutuhan lain. Apalagi saat ini, tuntutan kehidupan membutuhkan kemampuan menulis.
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas. Ribuan atau mungkin jutaan buku telah hadir di Lapas (lebih populer disebut dengan Penjara), buku-buku tersebut tak hanya menjadi milik penulis atau keluarganya atau lingkungan mereka di balik jeruji besi saja, tetapi tersebar sampai ke berbagai pelosok. Sangat banyak buku yang ditulis di penjara menjadi bacaan banyak orang, dan menjadi inspirasi yang mampu melintasi waktu dan benua.
Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt Bandaro Rajo, saat membuka acara tersebut, memberikan apresiasi luar biasa. Katanya, kegiatan ini mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain, namun efeknya sangatlah luar biasa bagi WBP.
Bupati menyampaikan salam salut terhadap terobosan Kalapas Suliki beserta seluruh staf. Salam salut luar biasa kepada WBP yang menjadi peserta dan mengikuti kegiatan dengan penuh semangat.
Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Kalapas Suliki Kamesworo dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Limapuluh Kota serta panitia yang memberikan kepercayaan kepada saya untuk berbagi dengan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Suliki.
Semoga semua yang dilakukan diberkahi Allah.
Penulis adalah Wartawan Utama, Sastrawan, Instruktur Menulis dan Youtuber




















