Oleh: Mahyudi
Banyak kejutan jelang akhir pendaftaran Pilpres 2019. Publik benar-benar di buat harap-harap cemas untuk mengetahui siapa Gladiator pilih tanding yang akan ikut kontestasi pesta rakyat. Ditambah lagi para elit parpol di masing-masing koalisi menunjukkan atraksi tak kalah menegangkan. Kubu Petahana marathon melakukan konsolidasi, mulai dari istana hingga restoran. Sedangkan Koalisi oposisi ramai dengan manuver saling gertak (baca; PKS dan PAN) dan tekanan terhadap Prabowo untuk mengakomodir hasil ijtima’ ulama. Finally, Incumbent Jokowi menggandeng Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin (KHMA) dan Sang Penantang Prabowo menggandeng anak muda Sandiaga Uno.
Terlepas dari hiruk pikuknya penentuan pendamping Jokowi dan Prabowo, ada pertanyaan menarik siapa yang paling di untungkan dalam pilpres 2019? Agak sukit sih untuk menjawabnya. Namun menurut Penulis pihak yang paling diuntungkan adalah Jokowi dan Partai Gerindra. Kenapa? Setidaknya ada dua alasan yang bisa di kemukakan. Pertama, Jokowi diprediksi akan melenggang santai menuju RI 1 untuk periode kedua. KHMA merupakan jawaban atas sisi lemah Jokowi selama ini. KHMA di rasa dapat mereduksi sikap resistensi umat islam terhadap Jokowi. Dan memang menurut disini letak kematangan tim koalisi Jokowi dalam menghadapi pilpres kali ini. Mereka sangat tau diri dan benar-benar bercermin dari Pilkada DKI tahun 2017 lalu.
Sedangkan sisi Partai Gerindra, jelas satu kakinya telah berdiri untuk Pilpres 2024. Gerindra pasti telah mengkalkulasi bahwa kesempatan tahun 2024 sebanding dengan kehilangan kursi Wagub DKI dan duit logistik tahun 2019. Prabowo memang lihai dan kali ini bisa dikatakan berhasil mengalahkan SBY. Ini tercermin dari kegusaran Andi Arief yang telak menyatakan bahwa Prabowo Jenderal Kardus. Ungkapan pelampiasan amarah atas kekalahan yang di derita.
Kedua, Jokowi dan PDIP memilih KHMA juga untuk menjaga proyeksi kandidat Pilpres tahun 2024. Tragedi PHP terhadap Mahfud MD dapat dibaca sebagai sinyal bahwa Jokowi-PDIP ingin menjaga hegemoninya dalam koalisi Indonesia Kerja hingga tahun 2024. Jelas, jika Jokowi jadi menggandeng Mantan Ketua MK tersebut, maka Mahfud merupakan kandidat potensial sebagai Capres 2024. Sedangkan publik mahfum bahwa DNA Mahfud adalah PKB. Jelas Jokowi-PDIP pasti tidak ingin memberi karpet merah buat Mahfud dan PKB.
Bagi Gerindra, Pilpres 2019 merupakan momen membangun ketokohan calon pengganti Prabowo plus meningkatkan elektabitas Partai. Karir politik Sandiaga terus di poles sehingga bisa juga menderek suara Gerindra. Dengan harapan mengamankan tiket Capres 2024. Karena bisa jadi Prabowo, Sandiaga dan Gerindra sudah melupakan Pilpres 2019 dan beralih menatap Pilpres tahun 2024. Pilpres 2019 menjadi kawah candradimuka buat Sandiaga muncul sebagai Sosok calon pemimpin masa depan Indonesia.
Jadi menilik dua alasan tadi, tidak berlebihan jika Pilpres 2019 milik Jokowi dan Gerindra. Atau jika boleh berpikir ekstrim bahwa sebenarnya Pilpres 2019 telah usai. Adapun kegaduhan yang terjadi tak lebih persiapan mekarnya taman bunga dan terbentangnya karpet merah di tahun 2024. (* Mantan Ketua KAMMI Sumbar)
Komentar