Oleh: Tri Rahayuningsih, S.Psi., M.A
Kemampuan untuk bertahan pada situasi menekan adalah resiliensi, yakni kemampuan sistem dinamis untuk pulih dari tantangan yang mengancam stabilitas dan pengembangannya, beradaptasi meskipun ada kesulitan. Para pemimpin organisasi harus menata ulang seperti mengandalkan teknologi internet. Serta memiliki entrepreneural thinking agar menciptakan fleksibilitas untuk beradaptasi selama pandemi Covid-19 dengan berbagai solusi kreatif dan cepat mengambil keputusan.
Resiliensi ekonomi merupakan konsep untuk meningkatkan kinerja organisasi saat krisis, yakni kemampuan organisasi mengurangi kerugian. Kesiapan dan perencanaan, properti dan sumber daya, serta garis jaminan dan redundansi merupakan faktor terpenting. Perbedaan definisi resiliensi ekonomi terdahulu dengan situasi pandemi Covid-19 sekarang adalah ketahanan jangka panjang dari human civilization. Tolak ukurnya adalah pemeliharan kesejahteraan, bertahan, beradaptasi, dan pulih. Paling tidak, kapasitas ekonomi sama dengan keadaan sebelum pandemi.
Selain keripik pisang dan keripik singkong, Sumatera Barat juga memiliki olahan keripik yang tak kalah enaknya, yakni keripik talas. Sentra keripik talas sudah banyak berkembang, ada yang di Kabupaten Padang Panjang yang bisa mencapai omzet ratusan juta setiap bulannya. Namun, di Kabupaten Payakumbuh, tepatnya di Kecamatan Situjuh, pelaku usaha keripik tidak begitu mendapat keuntungan signifikan, terlebih lagi setelah pandemi covid-19. Dari data yang dihimpun, banyak pelaku usaha UMKM di Provinsi Sumbar yang terdampak corona. Seperti di daerah Pasaman Barat, sebanyak 360 pelaku usaha mengalami penurunan omzet hingga 75%.
Mitra dalam program kemitraan masyarakat (PKM) pada kegiatan pengabdian yang ditaja LPPM Unand ini adalah usaha keripik talas di Kecamatan Situjuh, Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota. Saat ini usaha keripik tersebut memiliki tiga jenis produk, yaitu keripik talas yang paling populer rasa pedas (balado), diantara jenis keripik lainnya yakni keripik nasi dan keripik dari tepung ubi. Usaha mitra belum memiliki nama (branding) spesifik. Promosi hanya dari mulut ke mulut, melalui testimoni masyarakat sekitar yang membeli keripik talas mitra untuk keperluan acara hajatan seperti pernikahan ataupun untuk dikirim ke saudara yang merantau, juga dijadikan oleh-oleh. Usaha mitra dijalankan dari rumahnya sendiri dengan dibantu tiga orang karyawan di sekitar rumah, dan dijual dari rumahnya. Untuk itu, dosen Prodi Psikologi dan fakultas Farmasi UNAND berniat membantu usaha mitra agar lebih resilien melalui inovasi marketing.
Kegiatan PKM yang saat ini diorganisir oleh lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat Universitas Andalas (LPPM UNAND). Tim PKM ini terdiri dari tiga orang dosen Program Ptudi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Dosen Tri Rahayuningsih, S.Psi., M.A sebagai ketua dan  2 dosen Annisa Fauzana, M. Farm., Apt. dan Rani Armalita, S. Psi., M.A sebagai anggota PKM pada tahun 2020. Terdapat serangkaian kegiatan pengabdian PKM selama bulan Desember ini.
Usaha mitra dari segi positioning sudah cukup baik, karena sudah memiliki pelanggan dan pembeli biasanya akan merekomendasikan keripik talas mitra pada keluarga atau orang terdekatnya. Situasi mitra masih minim sarana pendukung produksi dan pengemasan keripik talasnya. Peralatan yang digunakan masih sederhana dan tradisional, padahal keripik talas mitra banyak peminat. Oleh karena itu, mitra diberikan pengetahuan tentang peningkatan jumlah produksi dan mutu keripik talas agar memiliki cita rasa yang lebih beragam, awet, dan tahan lama; pengetahuan tentang manajemen wirausahawan agar mitra lebih kreatif dan termotivasi untuk lebih sukses; serta pengetahuan tentang strategi pemasaran (marketing mix) yang sebaiknya diterapkan dalam memperbaiki kemasan dan cara penjualan.
Usaha keripik merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan secara ekonomi karena keripik memiliki peminat yang cukup banyak. Mulai dari anak-anak, remaja, orang tua menyukai jajanan keripik. Kerupuk yang sering dibuat dari tepung tapioka dengan tambahan bawang putih atau dikenal dengan kerupuk bawang disukai masyarakat karena mudah didapat, rasanya gurih serta murah harganya. Namun, belum ditemui PKM usaha keripik talas yang disusulkan menggunakan bawang putih sebagai antioksidan dan anti-bakteri.
Untuk meningkatkan mutu dan penjualan keripik, diperlukan sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengolahan dan pengemasannya agar mutu dan penjualan keripik meningkat. Kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk keripik. Juga strategi pemasaran yang diterapkan. Sisi sudut pandang produsen /penjual adalah (place) tempat yang strategis, (product) produk yang bermutu, (price) harga yang kompetitif, (promotion) promosi yang gencar, (people) Sumber daya manusia, (process) proses atau aktivitas bisnis, dan (pysical evidence) bukti fisik perusahaan.
Ini biasa disebut bauran pemasaran atau marketing mix 7P. Sementara situasi pandemi covid-19 membutuhkan perhatian khusus terkait aspek pemasaran dalam pemanfaatan teknologi informasi untuk adaptasi kebiasaan baru ini.  (Dosen Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas/Program Kemitraan Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Andalas)
Komentar