Oleh: H Mulyadi Muslim Lc MA
Judul tulisan ini mungkin akan dianggap bombastis. Memang begitu adanya, supaya bisa menarik perhatian pembaca. Tapi sejatinya bisa dibuktikan secara ilmiah dalam bentuk surveidan pantauan lapangan. “Aura” kemenamgan Mahyeldi-Audi semakin menggema hingga ke pelosok. “Kalau Gubernur kita pilih Buya, kalau wakil Gubernur ya milenial, kito cucuak nomor ampek,” kata mereka menggema dimana-mana.
Menggemanya aura kemenangan Mahyeldi-Audy setidaknya disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Secara internal Buya dan Audy diusung oleh dua partai yang berbasis agama dengan paham “tradisional” dari kalangan Tarbiyah, Perti dan Tarikat yang selama ini membesarkan PPP.Kemudian partai berbasis agama dengan paham modern dari kalangan terpelajar perkotaan, yaitu PKS.
Kedua partai ini, PKS dan PPP memiliki pemilih loyal yang sulit untuk dibujuk rayu oleh bantuan beras ataupun serangan fajar lainnya. Mesin kedua partai ini juga dikenal bisa di-gaspool sehingga menggetarkan tim lawan.
Pada awalnya banyak pengamat memprediksi Riza Falepi atau timnya akan membelot atau minimal pasif karena tidak dipilih oleh DPP PKS. Bahkan Irwan Prayitno (IP) pun diisukan bermain dengan semua calon. Tetapi semua itu terbantahkan, mulai dari silaturrahim Mahyeldi ke Payakumbuh sehari sebelum deklarasi, kehadiran IP dan Riza Falepi dalam deklarasi.
Bahkan secara khusus IP hadir dalam proses pendaftaran dan dengan tegas mengatakan bahwa Mahyeldi adalah kadernya sejak SMA. Tidak mau kalah IP, Riza langsung menjadi penanggung jawab tim pemenangan untuk Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Semua timnnya juga dikerahkan untuk memenangkan Mahyeldi-Audy.
Kader dan simpatisan partai ataupun relawan Mahyeldi-Audy juga semakin banyak dan bergairah untuk sosialisasi. Jika di tim lain tidak ada gerakan kecuali ada kejelasan “angka-angka”. Tetapi sebaliknya di tim Mahyeldi-Audy yang kurang malah alat peraga. Setiap masker, kalender, stiker dan lainnya sampai di posko, hanya menghitung satu atau dua hari langsung ludes. Para relawan di daerah terus bergerak tanpa kenal lelah. Mereka menjeritnya bukan karena dana,tetapi karena kekurangan alat peraga kampanye.
Secara eksternal, Mahyeldi diuntungkan sejak dari kejadian di pinggir laut, ketika diomelin oleh warganya sendiri dengan kata_kata kotor. Ternyata Mahyeldi tidak menempuh jalur hukum, dan ini kontras dengan kompetitor lain yang hanya gara gara foto di media sosial langsung mengambil jalur hukum.
Selanjutnya ketika kompetitor lain mencoba “membeli banyak partai” dengan target agar calon yang maju Pilgub tiga paslon saja, tetapi ada yang “mambaliak awa” yang tidak terbayang sama sekali oleh yang bersangkutan. Ternyata SK tersebut dikembalikan secara kurang hormat. Akibatnya jadi bumerang bagi yang bersangkutan.semantara calon lain yang akan dihambat dimaksud ternyata bisa keluar dari lubang jarum dan bisa ikut maju. Karena syarat dukungan partai bisa dipenuhi.
Kompetitor yang pede maju dengan satu partai saja pada awalnya yakin dengan kekuatan kader partainya dan juga relawan calon. Namun dalam perjalanannya hasil survei internal ataupun eksternal tidak menggembirakan, sehingga terpaksa “merengek”, meminta petinggi partainya turun.
Sampai tulisan ini diturunkan tidak ada tanda tanda pembina partai itu turun, kecuali hanya gambarnya saja dibaliho-baliho besar di sudut kota dan kabupaten. Pendukungnya lupa, bahwa petinggi partainya menang di Sumbar bukan karena kehebatan semata, tapi karena tidak ada alternatif lain. Sementara orang Sumatra Barat tidak terlalu suka dengan Jokowi.
Terobosan dari kompetitor ini, mencari dukungan dengan ormas Projo (Pro Jokowi) sebenarnya langkah bunuh diri, menggali kuburan sendiri. Tetapi inilah barangkali takdirnya Mahyeldi-Audy akan memenangkan pertandingan pilgub, bukan semata karena faktor internal tetapi juga ekternal.Kesalahan niat dan strategi lawan dari awal dalam pertandingan.
Akhirnya aura kemenangan Mahyeldi-Audy semakin tidak terbendung dan semoga itu jadi kenyataan. Karena jika Mahyeldi-Audy menang, maka yang akan untung adalah masyarakat, mulai dari petani, nelayan, guru, milenial dan semua. Semua seperti telah sepakat menjatuhkan pilihan kepada Mahyeldi-Audy. (Juru Bicara Mahyeldi-Audy)