JAKARTA, METRO – Timnas Indonesia harus menanggung malu sebagai tuan rumah, karena ditundukan dengan skor tipid 2-3 dari Malaysia pada laga pembuka Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Kamis (5/9) malam. Dengan kekalahan itu Pelatih Simon McMenemy menyebutkan, kekalahan dengan negara tetangga ini sangat menyakitkan sekali.
Bermain di depan 50 ribuan suporter, Timnas Indonesia tampil menekan sejak awal pertandingan. Tim Merah Putih bahkan sudah mampu unggul pada menit ke-12 melalui Alberto Goncalves.
Namun, keunggulan tersebut hanya bertahan sampai menit ke-37 setelah Mohamadou Sumareh mencetak gol penyeimbang. Situasi tersebut tak berlangsung lama, dua menit kemudian Beto kembali membawa Timnas Indonesia unggul 2-1. Hingga turun minum tak ada gol tambahan.
Pada babak kedua, permainan Timnas Indonesia terlihat menurun. Hal itu lantas dimanfaatkan Malaysia untuk mencetak dua gol tambahan melalui Syafiq Ahmad (66′) dan Sumareh (90+7′). Hingga laga usai, tak ada gol tambahan.
“Kekalahan ini sulit diterima. Saya tidak bisa berpura-pura karena memang kekalahan ini sangat menyakitkan,” kata Simon McMenemy setelah pertandingan.
Simon McMenemy mengaku timnya sebenarnya mampu tampil baik dan sesuai instruksi pada babak pertama. Namun, pada babak kedua pemain Timnas Indonesia kelelahan sehingga gagal mempertahankan keunggulan dan kalah.
“Pada babak pertama, Timnas Indonesia sudah bermain cukup bagus dan seusai game plan. Pada 20 menit babak kedua pemain terlihat capek. Hingga lima menit sebelum berakhirnya laga kami sebenarnya ingin menahan, namun sebuah umpan silang akhirnya bisa dimanfaatkan. Saya ucapkan selamat buat Malaysia, meskipun ini cukup sulit,” tegas Simon McMenemy.
Semua Lini Permainan Timnas Lemah
Pelatih senior asal Surabaya, Ruddy Keltjes, menilai semua lini permainan Timnas Indonesia lemah. Terutama pada babak kedua.
“Kelemahan itu dimulai lini tengah, kemudian berimbas pada pertahanan. Puncaknya, tentu saja di kiper. Ketika sektor tengah rapuh, pemain belakang harus bekerja keras menahan gempuran lawan. Runyamnya, Andritany Adhiyasa juga tampil di bawah performa. Lihat saja, berapa kali dia bikin blunder,” kata Ruddy Keltjes.
Mantan pilar Timnas Indonesia ini kasihan dengan Alberto Goncalvez, yang tampak kerja keras sendirian di depan.
Ruddy Keltjes juga menyorot kurangnya komunikasi antarpemain di semua lini sehingga mereka sering membuat kesalahan.
“Main sepak bola itu harus cerewet, sering teriak-teriak. Jadi antarpemain saling mengingatkan. Berapa kali pemain Malaysia lolos dari jebakan offside yang membahayakan gawang kita. Saat membuat jebakan offside, sering gagal karena ada sisa satu pemain di belakang,” tutur Ruddy Keltjes.
Pelatih Simon McMenemy, lanjut Ruddy Keltjes, seolah tak mengubah cara main di babak kedua, sementara Malaysia melakukan perubahan.
“Babak kedua pressure yang dilakukan Malaysia sangat efektif sehingga membuat pemain Timnas Indonesia sulit mengembangkan permainan. Tekanan itu memaksa Indonesia sering bikin kesalahan yang bisa dimanfaatkan lawan,” jelasnya.
Ruddy Keltjes juga menyorot kecepatan dan kekuatan yang hilang di paruh kedua permainan.
“Saya tak tahu kenapa speed dan power mereka tak terlihat lagi. Kalau seperti itu, berarti kekuatan pemain Timnas Indonesia tak bisa konstan selama 90 menit,” ucapnya.
Lepas dari semua kekurangan itu, Ruddy Keltjes berharap kekalahan ini sebagai pelajaran untuk memperbaiki diri.
“Hasil ini memang mengecewakan kita. Tapi, mari tetap berpikir positif. Bagaimana pun juga ini timnas kita. Semoga di pertandingan berikutnya, Indonesia tampil lebih baik dan meraih kemenangan,” harapnya. (*/boy)


















