PADANG, METRO–Kiper Semen Padang FC, Jandia Eka Putra tampil sebagai pahlawan saat pertandingan semifinal leg II antara Semen Padang FC menghadapi Pusamania Borneo FC di Stadion GOR Agus Salim Padang, Sabtu (16/1) malam kemarin. Kiper asli binaan klub sepakbola kebanggaan urang awak ini berhasil mengamankan tiket Final dengan dua penyelamatan cemerlang.
Sejak awal laga dimulai, permainan panas langsung diperlihatkan oleh kedua tim yang sama-sama ngotot untuk mendapatkan tiket Final ini. Belum sampai satu menit pertandingan dimulai, pemain Semen Padang FC, Gugum Gumilar harus keluar lapangan karena cedera pergelangan tangan akibat berebut bola dengan pemain Pusamania Borneo FC.
Tidak hanya cedera, dua orang pemain lainnya juga harus menerima ganjaran kartu merah karena melakukan kontak fisik dalam lapangan. Perdebatan antara Satrio Syam dari Semen Padang FC dan Arphandhy dari Pusamania Borneo FC dihadiahi kartu merah. Sejak saat itu, laga pun langsung berjalan panas dengan kontak fisik antara pemain di dua kesebelasan.
Beberapa peluang pun berhasil diperoleh oleh anak asuh Nilmaizar hingga pertengahan babak pertama atau water break. Suasana di Stadion H Agus Salim Padang juga mulai memanas saat gol dari umpan crossing dari Hendra Adi Bayauw kepada Muhammad Nur Iskandar dianulir dan dianggap offside oleh wasit.
Dinilai tidak adil dan memihak tim lawan, para penonton yang berada di Tribun Timur juga mulai melempari wasit garis yang berada di pinggir lapangan dengan botol minuman mineral. Beberapa kali peluang dari bola mati juga gagal dimaksimalkan menjadi sebuah gol oleh anak asuh mantan pelatih tim Nasional ini.
Stadion GOR H Agus Salim yang memerah dengan gemuruh dari suara supporter Semen Padang FC pun tidak hentinya menyuarakan yel-yel untuk memberi semangat skuad Semen Padang FC menggema di sekeliling stadion. Tidak ketinggalan teriakan kesal yang menilai kebijakan dari wasit yang memimpin pertandingan berat sebelah.
Sorakan para penonton terus terdengar saat wasit menyatakan pelanggaran dilakukan oleh Semen Padang FC. “Bara wasit manarimo ko?,” ujar para penonton geram.
Percobaan penyerangan beberapa kali juga terus dilakukan oleh tim kabau sirah, hingga percobaan tendangan langsung yang dilakukan oleh Rudy Doank masih melebar dari gawang Galih Sudaryono. Begitu juga dengan Pusamania Borneo FC. Serangan yang dibangun oleh Ponaryo Astaman cs tetap saja terpental di kaki Hengky Ardiles dan Alhadji Mamadou.
Masuknya salah satu pemain asing yang gagal dikontrak oleh Semen Padang FC pada akhir tahun lalu, Herman Dzumafo yang bermain untuk Pusamania Borneo FC saat ini mengubah alur pertandingan. Hingga saat water break berlangsung, anak asuh Nilmaizar masih belum bisa menciptakan sebuah gol untuk mengejar ketertinggalannya di leg pertama.
Setelah water break, tekanan demi tekanan terus dilancarkan oleh Semen Padang FC, baik itu dari sisi kiri dan kanan. Belum lagi gempuran yang dilakukan oleh Irsyad Maulana dan Yu Hyun Koo, juga masih tidak bertaji. Meskipun begitu, tim Pusamania Borneo FC yang berjanji bermain terbuka dan menyerang juga tampak terus melesatkan serangannya melalui pemain asingnya Herman Dzumafo.
Berkali-kali serangan balik dilakukan oleh M. Nur Iskandar dan James Koko Lomell juga gagal dimaksimalkan. Terlihat kedua bomber dari Semen Padang FC itu out control saat menerima umpan silang dari Hendra Adi Bayauw. Hingga laga babak pertama berakhir, kedua tim belum bisa menciptakan satupun gol. Bahkan, kesempatan yang tercipta masih belum bisa dimaksimalkan menjadi sebuah gol.
Namun, awal babak kedua dimulai Semen Padang FC mulai melakukan pola permainan dengan serangan signifikan dari sisi kiri dan kanan. Serangan demi serangan terus dilakukan tapi tetap belum membuahkan hasil. GOR H Agus Salim Padang tak henti bergemuruh dengan sorakan cacian kepada wasit, terlebih saat counter attack yang dilakukan Hendra Adi Bayauw terhadap pemain PBFC.
Akhirnya, pemain tengah asal Korea yang tageh dan juga kapten Semen Padang FC, Yu Hyun Koo berhasil memecah kebuntuan pada menit ke-50 melalui tendangan langsung dari luar kotak 16 yang langsung menuju sisi kiri gawang Galih Sudaryono. Tendangan spekulasi yang atraktif tersebut membuat Semen Padang FC unggul 1-0.
Setelah terjadinya sebuah gol, PBFC melakukan serangan ke gawang yang dijaga oleh Jandia Eka Putra. Serangan yang dilakukan tersebut gagal. Ketegangan demi ketegangan terus terjadi sepanjang pertandingan di babak kedua ini. Hingga pada menit ke-60 Rudy Doank dan Hamka Hamza menerima ganjaran kartu kuning karena melakukan cekcok dilapangan.
Semangat para pemain Semen Padang FC rupanya tidak terhenti, mereka pun terus melancarkan serangan ke pusat pertahanan PBFC. Hingga pada menit ke-65, Hendra Adi Bayauw diganjar kartu kuning oleh wasit karena berusaha mempercepat waktu. Kesempatan yang diperoleh oleh anak asuh Nilmaizar tak tanggung-tanggung. Di menit ke-70, sebuah kesempatan emas terbuang percuma.
Passing datar yang diberikan oleh Hendra Adi Bayauw tidak berhasil menambah kran gol dari Semen Padang. Kekecewaan atas kesempatan yang diperoleh Nur membuat seluruh penonton di Stadion H Agus Salim Padang pun semakin menjadi-jadi dan tampak sejumlah tribun memerah hingga personil keamanan pun disiagakan.
Rudy Doank pun berhasil menjadi penyelamat Semen Padang pada menit ke-73 dengan sepakan setengah first time-nya yang menyisir sisi kiri Galih Sudaryono dari head passing lambat yang dilakukan oleh Nur Iskandar. GOR Agus Salim pun kembali bergemuruh. Dengan gol yang diciptakan oleh Rudy, artinya agregat gol Semen Padang FC dan PBFC saat itu ada di posisi 2-2.
Hingga pada menit terakhir, sempat terjadi insiden saat Jandia Eka Putra terkapar usai duel dengan pemain depan PBFC. Semangat yang diberikan oleh seluruh penonton kepada Jandia, membuatnya kembali bangkit dan menjaga gawangnya. “Jandia… Jandia… Jandia…,” begitulah tanda penyemangat yang diberikan penonton kepada ayah dua orang anak itu.
Beberapa atraksi juga kembali dilakukan oleh seluruh supporter baik itu The Kmers, Spartack dan Ultras yang tampak berbaur berhasil membakar semangat para pemain dengan menghidupkan lampu serta menyanyikan lagu kebanggaan Semen Padang FC. Begitu juga dengan sejumlah suporter yang tidak henti menghujat wasit Iwan Sukoco yang memimpin pertandingan.
Kemarahan para suporter pun tidak tertahankan karena di menit ke-84, Semen Padang FC harus kehilangan satu pemain lagi. Wasit Iwan Sukoco memberikan kartu kuning yang kedua dan kartu merah kepada Hendra Adi Bayauw karena dianggap melakukan diving saat dihadang oleh pemain belakang PBFC.
Sorakan ‘mafia’ pun kembali dihujatkan kepada wasit Iwan Sukoco oleh seluruh penonton dan pendukung SPFC. Wasit yang juga memimpin pertandingan Semen Padang FC vs Arema Malang pada tahun 2014 lalu itu memang identik dengan pemberian kartu kepada setiap pemain di laga yang dipimpinnya.
GOR Dibanjiri Massa
Sementara itu, laga semifinal leg II antara Semen Padang FC dan Pusamania Borneo FC ini juga tampak tidak bisa dilewatkan oleh warga Sumatera Barat dan Kota Padang khususnya. Setidaknya, saat pertandingan berlangsung, kawasan GOR Agus Salim Padang dibanjiri oleh lautan manusia.
Antusias penonton yang sudah haus dengan hiburan sepakbola ini tidak terbendung lagi, sebab tidak hanya dari Sumbar saja, tapi sejumlah tifosi Semen Padang FC yang berasal dari luar Sumbar seperti Pekanbaru, Jambi, Medan, Aceh bahkan hingga perantau yang sengaja pulang untuk menonton Semen Padang FC.
Panitia pertandingan pun kewalahan dengan membludaknya jumlah penonton pada leg II Semifinal ini. Sebagian penonton yang tidak mendapatkan tiket pun terpaksa menunggu diluar stadion, untung saja disediakan sebuah layar besar dengan infocus agar mereka tetap bisa menikmati pertandingan. (age/h)
Komentar