MANCHESTER United kembali menorehkan aib dalam sejarahnya. Setan Merah tersingkir secara tragis dari ajang Piala Liga Inggris setelah kalah adu penalti 11-12 dari tim kasta keempat, Grimsby Town, di Blundell Park, Kamis (28/8/2025) dini hari WIB.
Kekalahan ini bukan hanya mengejutkan, tetapi juga mencoreng nama besar United yang selama ini dikenal sebagai salah satu klub paling bergengsi di dunia.
Ironisnya, Grimsby bahkan memiliki market value lebih rendah dibanding klub Liga 1 Indonesia, Persebaya Surabaya. Berdasarkan data Transfermarkt, skuad Grimsby hanya bernilai Rp 62,57 miliar, sementara Persebaya mencapai Rp 82,56 miliar. Fakta ini membuat kekalahan United terasa makin memalukan.
Pertandingan dimulai dengan mimpi buruk bagi United. Tampil tanpa semangat juang, mereka langsung tertinggal dua gol di babak pertama. Salah satunya lahir dari blunder fatal kiper Andre Onana yang kembali jadi sorotan publik.
Para pendukung United yang memadati stadion maupun menonton dari rumah pun dibuat frustrasi melihat performa buruk tim asuhan Ruben Amorim.
Di babak kedua, United sempat memberi harapan. Bryan Mbeumo yang masuk sebagai pemain pengganti berhasil memperkecil ketertinggalan. Drama semakin panas saat Harry Maguire mencetak gol penyama kedudukan menjelang akhir laga. Skor imbang 2-2 membuat pertandingan harus ditentukan lewat adu penalti.
Adu penalti berjalan dramatis hingga 12-11. Kesempatan emas sempat hadir saat Matheus Cunha berpeluang menjadi pahlawan, namun eksekusinya gagal.
Puncaknya, tendangan kedua Bryan Mbeumo justru membentur mistar gawang, memberi kemenangan bersejarah untuk Grimsby. Ribuan fans tuan rumah pun menyerbu lapangan, menciptakan euforia luar biasa.
Bagi Grimsby, kemenangan ini adalah momen emas. Bek Tyrell Warren menyebutnya sebagai “momen paling luar biasa” dalam kariernya. Gol yang ia cetak juga terasa spesial, karena merupakan gol perdananya untuk klub dan tercipta ke gawang mantan tim akademinya sendiri.
Sementara gelandang Kieran Green menilai seluruh tekanan ada di pihak United saat adu penalti. “Manajer kami bilang sebelum penalti, semua tekanan ada pada mereka. Dan itu memang terbukti benar,” katanya.
Sebaliknya, di kubu United, suasana muram menyelimuti. Ruben Amorim hanya bisa menunduk lesu di pinggir lapangan, bahkan harus menahan malu mendengar nyanyian sinis “dipecat besok pagi” dari fans lawan.
Blunder Onana kembali jadi bahan cibiran, sementara mentalitas skuad United dianggap rapuh dan tidak siap menghadapi tekanan.
Tagar sindiran terhadap United pun langsung meramaikan media sosial. Perbandingan dengan Persebaya Surabaya membuat Setan Merah jadi bahan olok-olok global.
Dengan hasil ini, satu dari dua peluang realistis United untuk meraih trofi musim ini langsung sirna. Tekanan besar kini mengarah pada Amorim, yang masa depannya di Old Trafford semakin abu-abu.
Bagi fans United, kekalahan dari Grimsby bukan sekadar kegagalan. Itu adalah malam paling memalukan dalam sejarah klub—saat raksasa sepak bola dunia dipermalukan tim kecil yang nilainya bahkan di bawah klub Indonesia. (*/rom)
















